GERAKAN ANTI NGANGGUR NUSANTARA (GANTARA)


Jakarta, JENIUSLINE. -Mencetak sarjana sebanyak-banyaknya ternyata bukan solusi bijak mengurangi tingkat pengangguran. Kemampuan Universitas, Sekolah Tinggi dan Institut mencetak lulusan yang memiliki Daya Cipta menjadi syarat utama agar para sarjana itu terlepas dari belenggu pengangguran.

Demikian terungkap dalam Diskusi Dewan Perancang Pembentukan Gerakan Anti Pengangguran di Nusantara (GANTARA) yang diselenggarakan di meeting room PT. Servindo Gardatama, Hikmah Apartement & Office, Cikarang, Jawa Barat. "Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan Kurikulum yang mampu mengembangkan Olah Rasa, Olah Cipta dan Olah Karsa. Sehingga mereka bisa Mengembangkan Daya Cipta untuk menghasilkan sebuah Karya," kata Direktur Safety Corporation and Risk Analysis PT. Servindo Gardatama, Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman.

Menurut Kyai Ageng, tujuan utama pendidikan adalah untuk Meningkatkan Kualitas Manusia Menjadi Manusia Merdeka Batin dan Lahir. Sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan diri sendiri.

"Dalam tradisi budaya Nusantara, resep sukses itu terangkum dalam istilah rasa, cipta & karsa. Tiga komponen kata tadi merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan (tritunggal)," kata Kyai Ageng. 

Jadi, tegas Kyai Ageng Khalifahtullah, Pendidikan Nasional harusnya 
menjadi suatu usaha sadar yang dilakukan secara Terstruktur Sistematis dan Massive dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat mengembangkan Olah Rasa, Olah Cipta dan Olah Karsa. Sehingga peserta didik mampu mendayagunakan Potensi Diri secara Berkelanjutan.

“Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki kecerdasan, daya cipta akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat,” katanya.



Kyai Ageng menjelaskan, CiptaRasa & Karsa merupakan kekuatan manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Inilah yang melahirkan peradaban besar di masa lalu, sebagaimana ditunjukkan orang-orang yang hidup pada masa Sriwijaya, Majapahit, Mataram, Singasari, Pagaruyung Minangkabau, Demak, dll. Begitupula beserta tokoh-tokoh besarnya, seperti Gajah Mada, Hayam Wuruk, Sultan Agung, Prabu Siliwangi, Wali Songo, Sukarno, Arupalaka, Diponegoro, dll.

“Ketiga komponen (cipta, rasa & karsa) tadi merupakan bagian sumber sistem kebudayaan Nusantara yang tak terpisahkan sumber bingkai utamanya, yaitu spiritualitas.
Itulah sebabnya, umumnya orang-orang tua dahulu seringkali mengatakan bahwa jikalau kita bisa menyelaraskan 3 komponen kata di atas, maka kita akan bisa mencicipi nikmatnya kehidupan (kemakmuran & kebahagiaan),” tegas Kyai Ageng.

Dengan demikian, kata Direktur Safety Corporation and Risk Analysis PT. Servindo Gardatama itu, tidak akan terjadi Pengangguran Intelektual seperti sekarang ini. Sangat Miris, ternyata tingginya tingkat pendidikan ternyata tidak menjamin mudahnya mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2019 menurut Data Biro Pusat Statistik berjumlah 6.82 juta orang. Data tersebut juga menunjukkan tingkat pengangguran lulusan diploma dan universitas masing-masing berada di kisaran 6 hingga 7 persen, jauh di atas tingkat pengangguran lulusan SD (2,7 persen) dan SMP (5 persen).

“Sehubungan dengan hal tersebut di atas itulah, PT. Servindo Gardatama mempelopori pembentukan Gerakan Anti Nganggur Nusantara (GANTARA) bertepatan dengan Peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2019, yang dimotori oleh para Cendekiawan Muslim, Ahli Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia serta para Tokoh Masyarakat yang Prihatin melihat besarnya pengangguran di Indonesia,”  pungkas Kyai Ageng. (az).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. CITRA SAMUDERA RAYA MEMASUKI TAHUN EMAS 2020👍❤🇮🇩🙏

TEKNIK ZIKIR PASRAH DIRI (TAWAKAL) UNTUK PENYEMBUHAN DIRI SENDIRI 🙏

THERAPY ala Nabi SAW di RUMAH SEHAT AL-HIKMAH : Gratis KONSULTASI Spiritual 🙏