TRI HITA KARANA : KONSEP KEBAHAGIAAN DALAM KEARIFAN LOKAL NUSANTARA


Jakarta, SKJENIUS.COM.- Mengukur kebahagiaan bukan hal mudah. Persepsi orang tentang bahagia antara satu dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Ini sangat subyektif. Sayangnya kita melihat ukuran-ukuran yang digunakan Pemerintah selama ini dasarnya hanya ekonomi, yakni tentang pekerjaan, pendapatan, dan sebagainya.Padahal  tidak semua kebahagiaan orang bisa diukur dari situ. Jadi, indikator kebahagiaan Untuk Rakyat Indonesia harus Holistik, selaras lahir batin, seimbang spiritual dan material.


Demikian terungkap dalam Diskusi Virtual bertajuk Konsep "Welfare State Theory" Maksimalkan Peran Pemerintah” yang diselenggarakan Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu dalam upaya mendapat saran dan masukan dari masyarakat yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam merumuskan Platform Partai. “Mengukur subjektivitas orang tidaklah mudah. Namun perlu dilakukan agar kita dapat mengetahui sampai sejauh mana keseimbangan terjadi dalam pembangunan nasional Indonesia,” imbuh KGPH Eko Gunarto Putro, SE.


Menurut Kangjeng Eko, Indeks Kebahagiaan  merupakan publikasi yang menyajikan data dan informasi terkait tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia. “Publikasi ini memberikan gambaran umum mengenai kondisi kehidupan yang mencakup dimensi kepuasan hidup, dimensi perasaan, dan dimensi makna hidup dari penduduk Indonesia. Beberapa tabel tertentu menyajikan data pada tingkat provinsi untuk melihat perbandingan antar wilayah. Untuk memudahkan pemahaman dan pemanfaatan data disertakan pula penjelasan teknis yang berkaitan dengan Indeks Kebahagiaan,” ujarnya.


Namun sayangnya Menurut Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu, indikator kebahagiaan (Index of Happiness) yang digunakan selama ini sangat secular dan minus spiritual. Maka harus disesuaikan lagi karena masalah subjektif tadi. 


“Indeks Kebahagiaan atau yang dikenal juga dengan Index of Happiness adalah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kebahagiaan masyarakat,” katanya


Untuk itu, Kangjeng Eko mengatakan indikator yang selama ini di gunakan PBB seharusnya ditambah dengan Aspek Spiritualitas dan Religius. Dijelaskannya dalam Budaya Nusantara ada istilah “Tri Hita Karana” yang berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”.




“Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keaneka ragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi,” papar Kangjeng Eko.


Pada dasarnya, kata Kangjeng Eko hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusiahubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain. 


“Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbangtenteram, dan damai,” ujar Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu.


Kangjeng Eko menjelaskan Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nyaManusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. “Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerismepertikaian dan gejolak,” tandasnya.


Jadi, Indeks kebahagiaan bagi Rakyat Indonesia, tegas Kangjeng Eko tentu berbeda dengan Rumusan PBB yang Sekuler. Maka, Index of Happiness tersebut merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 12 aspek kehidupan yang esensial. 


Keduabelas aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 

  1. Spiritualitas,
  2. Religius,
  3. kesehatan,
  4. pendidikan,
  5. pekerjaan,
  6. pendapatan rumah tangga,
  7. keharmonisan keluarga,
  8. ketersediaan waktu luang,
  9. hubungan sosial,
  10. kondisi rumah dan aset,
  11. keadaan lingkungan, dan
  12. kondisi keamanan.

“Mari Melalui forum Diskusi ini kita gali dan kembangkan konsep-konsep politik khas nusantara (Ekonomi, Kekuasaan, Negara, Kepemimpinan) agar kehidupan politik Indonesia lebih membumi,” pungkas Kangjeng Eko. (az).





Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKNIK ZIKIR PASRAH DIRI (TAWAKAL) UNTUK PENYEMBUHAN DIRI SENDIRI 🙏

7 LANGKAH MENJEMPUT HIDAYAH AGAR SELAMAT DARI DAMPAK PANDEMI CORONA

THERAPY ala Nabi SAW di RUMAH SEHAT AL-HIKMAH : Gratis KONSULTASI Spiritual 🙏