SAMUDERA GROUP SIAP KAWAL PEMANFAATAN NIKEL, SEBAGAI KOMODITAS LOGAM STRATEGIS
Jakarta, SKJENIUS.COM.- Pasar nikel global
sedang memasuki periode fluks karena aplikasi baru mendorong perubahan
permintaan. Kami melihat potensi munculnya dua pasar komoditas yang berbeda:
satu fokus pada nikel yang digunakan dalam baterai yang dapat diisi ulang, yang
akan didorong oleh adopsi cepat kendaraan listrik; yang lain digunakan dalam
stainless steel tradisional, didominasi oleh produk ferro-nikel dan Nickel Pig Iron (NPI).
Hal itu,
disampaikan Kangjeng Eko menjawab pertanyaan wartawan seputar “Berebut Nikel
Pecahan di Konawe”, selesai mengadakan meeting Membahas Skema Kredit Modal
Kerja dan Investasi Peleburan Nikel milik Perusahaan Tambang Nikel yang
bergabung dalam Samudera Group dengan Kepala Cabang sebuah Bank BUMN di
Pejaten, Jakarta Selatan. “Perubahan ini menghadirkan serangkaian
peluang dan ancaman strategis yang akan mengharuskan perusahaan pertambangan,
produsen baterai, dan Original Equipment Manufacturer (OEM) mobil untuk
mengevaluasi kembali strategi pasar mereka. Karena persaingan yang semakin
ketat itulah terjadi “pertarungan” berebut nikel pecahan terjadi di Konawe,”
imbuhna.
Sehubungan
dengan hal itulah, Chairman Samudera Group, KGPH. Eko Gunarto Putro, SE
mengingatkan Presiden Jokowi, sebagai satu diantara negara yang memiliki
cadangan nikel sangat besar agar berhati-hati dan tepat sasaran dalam
Pemanfaatan Nikel tersebut, sebagai komoditas Logam Strategis Indonesia.
Pasalnya, sebagai sumber daya tidak terbarukan, potensi nikel yang sangat besar
tersebut suatu saat akan habis juga. “Insya Allah, kami dan sekitar 1678
pengusaha tambang nikel siap mengawal pemanfaatan sumber daya alam ini agar
bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Jadi tidak harus dengan Cina. Kita pun Bisa” Imbuhnya.
Chairman Samudera Group itu mengatakan, Jika kita Bisa Kenapa Harus Diserahkan ke Cina. Pihaknya
bersama putra daerah siap mengelola nikel secara tepat guna. Pasalnya kita
punya tenaga ahli dalam Penambangan, Pengolahan, Penjualan dan Transportasi.
“Persoalannya, maukah Pak Jokowi mendukung Putra daerah dalam mengelola SDA
mereka dengan Regulasi yang memihak pengusaha daerah,” tandasnya.
Kangjeng Eko menjelaskan sebagai bahan untuk
kebutuhan industri strategis dan teknologi tinggi, nikel mempunyai potensi
menghasilkan nilai tambah yang sangat besar. “Karena itu pemanfaatan cadangan
nikel dengan hanya mengekspor sebagai bahan mentah, menghilangkan banyak
peluang yang dapat diperoleh dibandingkan apabila dilakukan pengolahan di dalam
negeri,” ujar Kangjeng Eko.
Ditegaskannya, selain perolehan nilai tambah,
juga mendukung tumbuh kembangnya industri yang lebih hilir, penciptaan lapangan
kerja, serta penguasaan dan tumbuh kembangnya teknologi yang semakin lebih
maju. “Di samping itu, mineral ikutan yang terkandung pada bahan mentah akan
terbawa serta, sehingga semakin banyak kehilangan yang diakibatkan pengelolaan
yang tidak optimal,” kata Kangjeng Eko.
Kangjeng Eko mengingatkan, Indonesia merupakan
satu diantara produsen nikel besar dunia. Maka, pemerintah harus serius dalam
mengelola kekayaan alam itu. pemerintah harus melibatkan pengusaha di daerah
bagi kelanjutan pengusahaan nikel, agar tidak hanya mempertimbangkan nilai
manfaat jangka pendek akan tetapi juga peran dalam kontribusi pembangunan
jangka panjang.
Sehubungan Hal tersebut di atas, Samudera Group
menggandeng pihak perbankan dan investor dalam negeri Upaya Mewujudkan
rencana pembangunan pabrik pengolahan nikel (smelter) di Kabupaten Konawe
Utara, Sulawesi Tenggara yang mana penyediaan lahannya menerap sistem bagi
hasil.
Chairman Samudera Group itu mengatakan bisa saja
pihaknya membangun smelter di Jawa atau di tempat lain. Namun jika dibangun di
Konawe Utara, masyarakat di sana bisa ikut menerima manfaat dari keberadaan
sumber daya alam di daerahnya.
“Potensi daerah itu haruslah memberi manfaat
sebesar-besarnya kepada daerah itu. Kami harapkan kami bisa bangun di daerah
itu sehingga ada impact terhadap pengembangan ekonomi di daerah itu,” pungkas
Kangjeng Eko. (az).
Komentar
Posting Komentar