POLITIK PENCERAHAN MENUJU TATANAN DUNIA BARU INDONESIA PASCA WABAH CORONA
Jakarta, SKJENIUS.COM.- Islam diturunkan sebagai petunjuk dan rahmat untuk membebaskan manusia dari semua bentuk perbudakan atau penghambaan yang melawan nilai-nilai teologis dan nilai-nilai dasar kemanusiaan. ISLAM tidak bisa diposisikan hanya sebatas ritual ibadah. Pasalnya Islam adalah Way of Life, sebagai tujuan dan jalan hidup.
Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah, Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman menjawab pertanyaan wartawan seputar "Perubahan Tatanan Dunia Pasca Wabah Coronavirus," di kantornya, Pejaten Office Park, Jakarta Selatan. "Dengan demikian, Islam sebagai agama samawi yang komponen dasarnya 'aqidah dan syari'ah, punya korelasi erat dengan politik dalam arti yang luas. Sebagai sumber motivasi masyarakat, Islam berperan penting menumbuhkan sikap dan perilaku sosial politik," imbuhnya.
Menurut Kyai Ageng, Islam dan politik mempunyai titik singgung erat, bila keduanya dipahami sebagai sarana menata kebutuhan hidup manusia secara menyeluruh. "Namun sayangnya dalam hal inilah yang kebanyakan orang terjebak. Sehingga umat Islam jaman sekarang kehilangan pemaknaan dan berpikir mendalam tentang Dieniyah Islamiyah." Tambah Kyai Ageng.
Menurut Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman, Islam adalah worldview (pandangan menyeluruh terhadap kehidupan, meliputi sudut pandang mendalam terhadap dunia dan segala realita yang ada). "Maka dari itu, kajian-kajian Dieniyah dalam lingkungan Jama'ah Al-Hikmah tidak akan pernah hilang, karena sebagai rujukan dan ruh Majelis Dakwah Al-Hikmah,” ujarnya.
Sehubungan dengan hal itulah, Ketua Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah itu sepakat dengan Ahli Politik dari Universitas Sriwijaya, Dr. Zulfikri Suleman yang mengingatkan, Indonesia Membutuhkan Pengembangan Gagasan Kreatif yang berpijak pada Kenyataan Historis Budaya dan Peradaban Nusantara yang Adhi Luhung melalui Aktivitas, Zikir, Pikir dan Ukir.

Ditegaskannya,Transformasi Nilai inilah yang harus menjadi Agenda Utama Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu dalam membidani kelahiran Partai Nusantara Bersatu sebagai bentuk riil dari GERAKAN SOSIAL BARU menuju TATANAN DUNIA BARU INDONESIA. "Gerakan sosial (social movement) pada dasarnya merupakan suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action)," tandas Kyai Ageng.
Ketua Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah itu menempatkan gerakan sosial sebagai politik pencerahan (The Politics of Enlightenment) yang mengoreksi dan memberi Solusi yang terjadi ketika rakyat biasa yang bergabung dengan kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh menggalang kekuatan untuk memberikan pencerahan serta berusaha meluruskan para elit, pemegang otoritas dan pihak-pihak lainnya yang dianggap menyimpang dari Qur'an, Sunnah dan UUD 45 serta Nilai-nilai Luhur Budaya Nusantara.
"Jadi, Gerakan sosial yang dipelopori Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu lahir dari adanya masalah sosial (social problem) dan kesenjangan sosial, maka untuk memecahkannya (how to solve a problem) serta menyelesaikannya masyarakat secara sadar dan gigih melibatkan diri dalam collective action," ujar Kyai Ageng.
Kyai Ageng Khalifatullah menegaskan sebagai suatu Politik Pencerahan, maka Orientasi gerakan sosial yang dipelopori Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu adalah terciptanya tatanan yang lebih berkeadilan sosial melalui perubahan sosial dari yang semula sarat dengan eksploitasi menuju keseimbangan yang relatif bisa memuaskan semua komponen anak bangsa.
"Politik pencerahan seperti inilah yang menjadi cita-cita para pendiri republik. Keinginan untuk merdeka, agar setiap orang bebas mengutarakan pikirannya, mengembangkan dirinya secara maksimal, yang pada akhirnya akan mendorong negeri ini menjadi negara yang modern dan terbuka, tidak takut berdialog, dan percaya diri bergaul dengan bangsa-bangsa lain di dunia," pungkas Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman. (az).
Komentar
Posting Komentar