RAKYAT INDONESIA AKAN BAHAGIA, JIKA PEMERINTAH MAMPU MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT ๐❤️
Jakarta, SKJENIUS.COM.- Pembangunan Jalan Tol, Infra Struktur dan Gedung-gedung bertingkat semata, tidaklah bisa dijadikan ukuran keberhasilan pemerintahan Jokowi. Pasalnya, aspek-aspek ekonomi tidak selalu menjadi dasar dalam menentukan kebahagiaan rakyat Indonesia. Karena itulah Pembangunan Nasional Indonesia sejatinya harus mengedepankan aspek keseimbangan antara fisik dan non fisik. Dengan demikian, dari kacamata kebijakan, itu berarti pemerintah tidak cukup hanya membangun sektor ekonomi melainkan dimensi lain yang bersifat spiritualdan psikologis.
Demikian terungkap dalam diskusi virtual bertajuk “Pembangunan Nasional Berkelanjutan Berwawasan Kesejahteraan,” yang diselenggarakan Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu dalam upaya merumuskan Agenda Politik Partai tersebut pasca deklarasi Juli 2020 nanti. “Pemerintah harus berkomitmen untuk terus melahirkan program-program pembangunan non fisik seiring mendorong pertumbuhan ekonomi serta memberikan prioritas lebih serius bagi kebahagiaan dan kesejahteraan umat dalam menentukan bagaimana mencapai dan mengukur pembangunan sosial dan ekonomi,” imbuh KGPH Eko Gunarto Putro.
Menurut Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, KGPH Eko Gunarto Putro, konsep pembangunan yang berlanjut adalah sebuah konsepsi pembangunan yang menggunakan pendekatan holistik dalam mencapai kemajuan bangsa. Karenanya faktor non-ekonomi perlu diberikan bobot penting setara dengan aspek ekonomi dalam pendekatan PDB yang hanya memperhitungkan aspek ekonomi semata.
“Jadi, tingkat kebahagiaan antarkelompok masyarakat perlu dipotret lebih jauh dalam survei Indeks Kebahagiaan Indonesia. Hal ini terutama untuk mengetahui profil psikologi masyarakat. Pengukuran yang ada dinilai cenderung menggunakan indikator kekayaan material,” kata Kangjeng Eko.
Seiring dengan hal tersebut diatas, Pakar Sosiologi Politik Universitas Sriwijaya, Dr. Zulfikri Suleman, MA, mengingatkan, pemerintah perlu merumuskan ulang indikator untuk mengukur tingkat kebahagiaan bangsa, melalui kajian dieniyah, budaya, literatur dan konsultasi dengan berbagai pihak, terutama, ‘Ulama, Raja, Sultan dan Pemangku Adat se Nusantara. “Faktor keadilan menjadi sangat penting dalam membangun ekonomi. Oleh sebab itu, indeks kebahagiaan antarkelompok perlu benar-benar dipotret,” ujarnya.
Dr. Zulfikri menilai ada kelemahan dalam hasil indeks kebahagiaan yang digunakan selama ini. Mengukur kebahagiaan bukan hal mudah. Persepsi orang tentang bahagia antara satu dengan yang lainnya bisa saja berbeda. Ini sangat subyektif. Saya melihat ukuran-ukuran yang digunakan ini dasarnya hanya ekonomi, yakni tentang pekerjaan, pendapatan, dan sebagainya.
“Inilah yang menurut saya lemah karena tidak semua kebahagiaan orang bisa diukur dari situ. Jadi, indikator yang digunakan selama ini sangat liberal dan minus spiritual. Maka harus disesuaikan lagi karena masalah subjektif tadi. Mengukur subjektivitas orang tidaklah mudah. Namun perlu dilakukan agar kita dapat mengetahui sampai sejauh mana keseimbangan terjadi dalam pembangunan nasional Indonesia,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Anti Nganggur Nusantara (GANTARA), Masrul Chaniago, S.Sos mengatakan, masyarakat akan Bahagia, jika pemerintah mampu memberikan kemudahan akses memperoleh sumber kebahagiaan rakyatnya. “Untuk itu, pemerintah setidaknya mencari cara supaya warganya mendapat pelayanan ke sumber kebahagiaan yang semakin mudah. Misalnya, transportasi gratis, wisata gratis, sekolah gratis, secara berkala menyediakan hiburan-hiburan rakyat, dan sebagainya,” ujarnya.
Tetapi di sisi lain, kata Masrul, pemerintah juga seperlunya mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat untuk mengakses segala hiburan tersebut. Maka, peningkatan pendapatan per kapita masyarakat jadi kunci mendongkrak Indeks Pembangunan Manusia secara cepat.
“Upaya itu butuh penyediaan lapangan kerja dan tenaga kerja berkualitas serta ekonomi yang stabil. Mungkin itulah yang mamberikan kepuasan terhadap pelayanan pemerintah di mata masyarakatnya,” pungkas Ketum GANTARA itu. (az).
Komentar
Posting Komentar