POLITIK KEBAHAGIAAN : MENCIPTAKAN KESEJAHTERAAN DI TENGAH DUNIA YANG DILANDA KECEMASAN
Jakarta, SKJENIUS.COM.- Subhanallah ๐ Pandemi covid-19 yang terjadi, nampaknya berdampak pada semua lini kehidupan. Tak terkecuali gaya hidup masyarakat di seluruh tanah air. Perubahan yang paling mencolok terlihat dari cara orang menjalani ibadah, kehidupan sosial dan politik serta menggerakkan roda perekonomian. Orang bilang ini disruptif, tiba-tiba sesuatu yang normal luluh lantak, situasi tidak normal sekarang. Sebagian ahli Sosial, Ekonomi dan Politik memprediksi setelah ini akan terbentuk Tatanan Dunia Baru Indonesia.
Namun, jika kondisi pandemi ini tak terkendali, sehingga dapat mendisrupsi besar-besaran aspek Spiritual kita, maka dianggap kondisi ini sebuah ancaman yang mudah menggerogoti kesehatan Spiritual kita. Padahal kondisi spiritual seseorang memengaruhi penanganan Covid-19. Pasalnya, lantaran Covid-19 merupakan fenomena yang multidimensi. Jadi ini saling kait mengait. Kondisi pandemi ini membuat kondisi sosial ekonomi berubah dan juga kondisi spiritual dan psikologis kita terpengaruh.
Sebagian Besar dari Kita sekarang dihantui menjadi ketidak-pastian, menjadi galau dan gundah, cemas, khawatir, menjadi ketakutan, stres dan depresi, paranoid dan seterusnya. Karena itulah etiap orang perlu memiliki kesejahteraan spiritual. Insya Allah, Dengan kesejahteraan Spritual, hal-hal positif lainnya mengikuti. Menurut riset dan pengalaman kami di Rumah Sehat Al-Hikmah, Kesejahteraan Spiritual ini memengaruhi imunitas, dan imunitas ini kata kunci dalam melawan pandemi. Jadi pandemi itu dampaknya akan tidak terlalu dahsyat kalau setiap orang itu imun baik secara spiritual, psikologis maupun fisik.
Mulai hari ini, dunia kita berubah dengan kecepatan dan dengan cara yang belum pernah dialami manusia sebelumnya. Dalam menghadapi perubahan ini, kami bersama kawan-kawan di Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu berjuang untuk menemukan cara untuk hidup bersama dengan baik - yang terungkap dalam terungkapnya banyak sistem yang penting bagi penghidupan planet Bumi kita yang aman dan sukses. Mengoreksi dua hubungan mendasar - bagaimana kita hidup bersama sebagai keluarga manusia global yang saling bergantung; dan bagaimana kita hidup bersama secara harmonis dengan Bumi - adalah pertanyaan sentral dari waktu yang luar biasa ini.
Dalam pembicaraan ini, dan percakapan kita selanjutnya secara tatap muka maupun online, kita akan membahas bagaimana filosofi kehidupan para Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak, Doctor Bagindo Muchtar, H. Permana Sasrarogawa, KH. Abdurrahman Siregar dan KH Muhammad Zuhri yang Mengembangkan Nilai-nilai Tasawuf Transformatif dapat diterjemahkan ke panggung politik dan ekonomi.
Dengan demikian perbincangan kita akan menjelajahi persimpangan dan perjumpaan politik, ekonomi, ekologi dan spiritualitas, dan apa artinya hidup dengan baik di dunia yang bergolak ini. Untuk itu, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu menawarkan Konsep Politik Kebahagiaan (The Politics of Happiness). Pertanyaan Mendasar yang ingin dijawab oleh Konsep The Politics of Happiness ini adalah Bagaimana Pemerintahan Dapat Membuat Rakyat Indonesia Bahagia, di tengah terjangan wabah corona yang mengguncangkan seluruh Aspek Kehidupan Ini ⁉️
Tentu saja Kebahagiaan yang dimaksud bukanlah Kebahagiaan yang abstrak semata.bNamun, wujud kebahagiaan itu dapat mereka rasakan secara nyata dengan begitu banyaknya layanan publik dan kebutuhan dasar yang diberikan pemerintah. Dengan demikian, perlu kaji bersama tentang sifat kebahagiaan dan implikasinya terhadap kebijakan publik. Pasalnya, Pemerintah Harus Membuat Kebijakan Politik yang berhubungan perasaan seseorang.
Seiring dengan itu, kita juga perlu memahami bagaimana perasaan seseorang atau rakyat tentang pemerintah dan kebijakan yang diberlakukannya. Dan sejauh mana kebahagiaan keseluruhan individu muncul dari tindakan pemerintah? Maka, pertanyaan mendasar yang perlu kita jawab segera adalah Apa itu kebahagiaan, dan apa hubungannya dengan politik?
Rakyat dari sebuah Negara akan merasa Bahagia Jika memiliki 7 Index Kebahagiaan, yaitu :
- Kekuatan dan Kemandirian,
- Cinta, Kasih dan Sayang,
- Kekuasaan,
- Wibawa,
- Ilmu dan Kewaskitaan,
- Milik dan Harta Kekayaan yang Berkah,
- Rezeki yang Halal
Sedangkan sebuah Negara dapat disebut negara bahagia, karena adanya keseimbangan hidup antara faktor internal (biologis, kognitif, kepribadian dan etis) dan faktor eksternal (perilaku, sosial budaya, ekonomi, geografis, peristiwa hidup dan estetika). Dalam Falsafah Budaya Nusantara disebutkan Negara Bahagia dengan istilah “Toto Tentrem Kerto Raharjo. Gemah Ripah Loh Jinawi.” Sedangkan dalam Al-Qur’an Negara Bahagia itu digambarkan sebagai berikut:
“Sungguh bagi Kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Rabb) di kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan:) “Makanlah dari rizki yang dianugerahkan Rabb kalian dan bersyukurlah kepadaNya!’. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafรปr”. [Saba’/34:15].
Marilah kita berjuang bersama dengan mengembangkan Politik Kebahagiaan (The Politics of Happiness) Untuk membangun Negara dan Rakyatnya yang Bahagia. Negeri yang selaras antara kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Negeri yang penduduknya subur dan makmur, namun tidak lupa untuk bersyukur. Negeri yang seimbang antara kebaikan jasmani dan rohani. Negeri yang aman dari musuh, baik dari dalam maupun dari luar. Negeri yang maju, baik dalam hal ilmu agama maupun ilmu dunianya. Negeri dengan penguasa yang adil dan shalih, dan penduduk yang hormat dan patuh. Aamiin. (az).
Komentar
Posting Komentar