DARI TEOLOGI AL-MA'UN, MENUJU AKSI : MEMBELA KAUM DHU’AFA, MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT TERTINDAS 🙏
Jakarta, SKJENIUS.COM.- Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu KGPH Eko Gunarto Putro menilai bahwa saat ini rakyat telah mulai banyak yang kecewa terhadap pemerintah lantaran kurang sigap dalam melakukan karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menangani virus corona atau Covid-19 ini. Penerapan PSBB ini juga berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Sebab sekitar 54 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
Hal tersebut di atas disampaikan Kanjeng Eko menjawab pertanyaan Wartawan seputar “Daya Beli Terganggu, Penerapan PSBB Berdampak Pada Pertumbuhan Ekonomi,” di kantornya, Pejaten, Jakarta Selatan. "Pusat sudah kehilangan wibawa. Kepemimpinan dan Kordinasi lemah serta kurang pro aktif dalam mengatasi pandemi corona. Nampaknya, Rakyat butuh pemimpin baru," ujarnya yang juga Chairman Samudera Group itu.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu berupaya Hadir di tengah Umat yang sedang membutuhkan pendampingan dan jaring pengaman sosial ekonomi itu. “Alhamdulillah. Bekerjasama dengan Majelis Dakwah Al-Hikmah, Gerakan Anti Nganggur Nusantara (GANTARA) dan Dewan Kemakmuran Masjid Baiturrahman, kami mendirikan Crisis Center Corona di Cikarang, Jawa Barat dan di Simpang Sipin, Kota Jambi,” kata Kangjeng Eko.
Pendirian Crisis Center Corona ini sebagai bentuk kepedulian nasional menghadapi pandemi global covid-19. Dampak Covid-19, sangat memprihatinkan kita semua. Nasib Masyarakat Kecil Semakin Terhimpit. Kangjeng Eko menjelaskan ada 7 hal utama yang dikelola Corona Crisis Center ini, yaitu:
- Menyusun dan memberikan Panduan Ibadah di Masjid sesuai Protokol Kesehatan;
- Menggalang Dana Kepedulian Sosial Umat dan Membagikan Santunan kepada Yatim, Dhu'afa dan masyarakat terdampak wabah corona;
- Memberikan Konsultasi dan Bimbingan Mental Spiritual dalam menghadapi wabah corona;
- Membagikan Air Khatamanan Qur’an untuk meningkatkan Anti Bodi, sekaligus Anti Covid-19;
- Memberikan Pelatihan Anti Nganggur kepada masyarakat yang memerlukan;
- Menyediakan Tenaga Spiritual Therapist yang siap mendampingi tenaga medis atau dokter dalam memberikan konsultasi dan pengobatan alternatif;
- Memberikan Pengobatan kepada Mereka yang Terdampak Pandemi Corona dengan Al-Hikmah Therapy.

- Rekonstruksi Nusantara,
- Character Building & Management of Soul Workshop,
- Menguatkan Peran Raja, Sultan, Ulama dan Pemangku Adat dalam Sistem Pemerintahan,
- Mengembangkan Sistem Ekonomi Spiritual,
- Program Anti Nganggur Nusantara,
- Pembentukan Nusantara Development Incorporated,
- Memperjuangkan Hak Tanah Ulayat Raja, Sultan dan Masyarakat Adat agar dapat kembali kepada yang berhak.
Insya Allah, Partai
Nusantara Bersatu berjuang untuk Membela Kaum Tertindas, Menyantuni Yatim dan
Dhu’afa serta Memberdayakan Masyarakat yang Termarjinalkan dalam Pembangunan.
“Hal itu merupakan upaya kita bersama untuk mengejawantahkan Teologi Al-Ma'un
Menuju Aksi; Membela yang Lemah, Menggempur Kesenjangan,” kata Kangjeng Eko.
"Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna." (Q.S. Al-Ma’un : 1-7).
Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu, mengatakan, nantinya dalam Buku Panduan Kader akan diuraikan tentang kesenjangan kaum lemah yang tertindas oleh golongan yang berkuasa. Ada pemerasan dan penguasaan terhadap hak-hak kaum lemah dengan sewenang-wenang. Tak dapat dipungkiri, hal itu terjadi di mana-mana, di berbagai daerah dan negara.
“Adanya istilah kelompok yang lemah itu, kata Kangjeng Eko, karena antonim dari yang kuat. Dalam keadaan yang sebenarnya (realita), tidak akan mungkin ada kaum lemah yang tertindas jika tidak ada kaum kuat yang menindas. Secara umum, pasti ada kaum lemah dan kuat,” ujar Kangjeng Eko.
Karena itulah, Tegas Kangjeng Eko, penindasan itu bukanlah sesuatu yang wajar. Penindasan adalah hal yang tidak dibenarkan karena akan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam kehidupan baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun agama. Kaum lemah yang tertindas akan menjadi kaum yang terbelakang dan menderita, sementara kaum kuat yang menindas akan menikmati kesejahteraan hidup.
Komentar
Posting Komentar