YUK... I'TIKAF ❤️ MENIKMATI RAHMAT RAMADHAN ❤️
Cikarang, JENIUS. - Dalam budaya Nusantara, telah dipahami bahwa Tuhan itu ADA dan Maha Universal serta kekuasaan-Nya tiada terbatas. Setiap yang ADA pasti dapat dikenal dan hanya yang tidak ada yang tidak dapat dikenal. Karena Tuhan adalah zat yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Tuhan dapat dikenal, dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah terlebih dahulu mengenal kepada yang disembahnya.
Masyarakat Nusantara sudah mengenal dan malakukan MEDITASI atau Semadi sejak awal peradabannya, dimana manusia diajarkan bagaimana MENGENAL Tuhan melalui ALAM BAWAH SADAR yang terdapat DALAM setiap TUBUH manusia tanpa terkecuali. Sejak dahulu jauh sebelum lahirnya para Nabi, filsuf bangsa Timur memiliki pemikiran bagaimana metode melatih MENTAL dan FISIK yang sampai saat ini terus dikembangkan. Sejak peradaban awal, manusia telah mengenal hakikat Ketuhanan, hal ini masih bisa kita lihat bagaimana orang-orang di seluruh Nusantara mendalami meditasi.
Meditasi adalah Praktik relaksasi yang melibatkan pengosongan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. meditasiMeditasi adalah Praktik relaksasi yang melibatkan pengosongan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari. Meditasi adalah kegiatan mental terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, sehingga kita meraih tingkat ketenangan tertentu.
Kita perlu menenangkan pikiran kita, agar kita dapat mendengar Suara-Nya, sehingga dapat Menerima Anugerah dan Petunjuk dari Tuhan. Kita selalu berdoa dan memohon, “Berilah saya kebijaksanaan, kasihlah saya ini, berilah saya itu,” tapi saat Tuhan hendak berbicara, kita tidak pernah punya kesempatan menerima karena kita sibuk setiap saat. Kita berbicara, kita memohon, tapi kita tidak mendengarkan. Mengertikah Anda? Jadi meditasi adalah waktu untuk mendengarkan.
Benkei, seorang Biarawan Zen di Jepang pernah menyatakan dalam bukunya, bahwa setiap MANUSIA memiliki ALAM BAWAH SADAR :
Alam bawah sadar (cahaya terang) yang dimiliki setiap insan sejak lahir sangatlah mengagumkan dan menjadi penerang, tak seorangpun bisa terpisahkan darinya (Waddel, 1984;66).
Dalam beberapa agama yang dibawa para Nabi, tehnik spiritual mengenal Tuhan yang diajarkan berbeda-beda, seperti halnya umat Nasrani. Meditasi Kristen tidak bersangkutan dengan praktek mistisisme Timur, praktek itu meliputi Lectio Divina, meditasi Transendental, dan berbagai bentuk yang disebut sebagai Doa Kontemplasi. Pada dasarnya merupakan premis untuk MENDENGAR SUARA ALLAH, bukan melalui Firman-Nya, namun melalui 'wahyu' khusus dengan cara meditasi.
Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam Al Quran telah ditegaskan beberapa ayat, dimana pengikut Nabi Muhammad SAW nantinya bisa MENGENAL Allah dan lebih DEKAT dengan-Nya dengan cara ber-dzikir. DZIKIR dalam Islam mempunyai nilai khusus yang bisa diartikan 'MENGHAMPAKAN pikiran dan mendekatkan diri dan BERSERAH DIRI kepada Allah.'
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS: Ar-Ra’d 28)
Sulit dibayangkan dan dipahami ketika DZIKIR itu sendiri akan membawa manusia pada hal-hal yang tidak bisa dibuktikan secara fisik. Tetapi kita menyadari adanya alam bawah sadar yang terus mengiringi dalam perjalanan dzikir, dimana saat itu kita bisa lebih dekat mengenal Tuhan sebenarnya. Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebutkan:
“Aku ini adalah menurut dugaan hamba-Ku, dan Aku menyertainya dimana saja ia berdzikir kepada-Ku, jika ia berdzikir atau ingat pada-Ku dalam hatinya maka Aku akan ingat pula padanya dalam hati-Ku, dan kalau ia mengingati-Ku di depan umum, maka Aku akan mengingatinya pula di depan khalayak yang lebih baik. Dan seandainya ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku secara berjalan kaki, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”
Karena itulah, dalam Tradisi Jama'ah Majelis Dakwah Al-Hikmah (MDA) bila datang Bulan Ramadhan, mereka menyambutnya dengan melaksanakan I'TIKAF sebulan penuh. Tujuannya agar hati TERFOKUS kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah CINTA kepada Allah, BERZIKIR kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan ukhrawi dan ketenangan hati sepenuhnya hanya bersama Allah swt. Tentunya tujuan ini akan lebih mudah dicapai ketika seorang hamba melakukannya dalam keadaan berpuasa, oleh karena itu i’tikaf sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan khususnya di sepuluh hari terakhir.
Pengertian I'TIKAF adalah ikhtiar menempuh jalan menuju kepada Allah, semata-mata untuk mencari keridlaan-Nya. Hakikat I'tikaf adalah usaha, ikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk membersihkan diri rohani maupun jasmani, dengan bertobat dan mengosongkan diri pribadi dari sifat-sifat buruk (maksiat lahir maupun batin), dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, taat lahir maupun batin. Setiap orang yang I'tikaf meyakini, bahwa dirinya akan menjadi bersih dan tobatnya akan diterima oleh Allah SWT, sehingga dia menjadi taqarrub, dekat diri kepada-Nya.
Syaikh Rifa'i Dt. Indo Marajo yang dikenal juga dengan panggilan Inyiak Cubadak, mengatakan, tidak mungkin seseorang itu sampai kepada makrifatullah dan hatinya bersih serta bercahaya, sehingga dapat musyahadah kepada yang mahbub, yang dicintai yaitu Allah SWT, kecuali dengan jalan suluk atau berkhalwat. Dengan cara inilah seseorang salik yang menghambakan dirinya kepada Allah SWT semata-mata, bisa sampai kepada yang dimaksud.
Menurut Syaikh Rifa'i Dt. Indo Marajo tujuan utama dari I'tikaf sebagaimana dicontohkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah MENJEMPUT LAILATUL QADR. Siap untuk melaksanakannya dan menghidupkan dengan beribadah. Hal itu karena agungnya malam ini. Allah Ta’ala berfirman, “Lailatul Qadar itu lebih mulia dibanding dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadar: 3)
Karena itu, kesalahan terbesar Umat Islam saat ini adalah mereka sering menyia-nyiakan berbagai PELUANG yang diberikan Allah. Bahkan, sebagian dari mereka TIDAK PEDULI kepada Janji-janji Allah. Sehingga setiap kali Ramadhan datang dan pergi kehidupan mereka tiada berubah. Seakan Ramadhan yang penuh BERKAH itu tiada manfaat untuk meningkatkan KUALITAS HIDUP mereka. “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)
Padahal setiap Bulan Ramadhan, Allah melimpahkan kemuliaan dan keberkahan, bahkan tidak hanya keberkahan di dalam menuai pahala, namun juga rezeki dan banyak keberkahan lainnya. Kemuliaan bulan ramadhan salah satunya adalah dengan hadirnya malam penuh kemuliaan dan keberkahan di salah satu malam pada malam-malam terakhir dan ganjil di bulan ramadhan yaitu malam lailatul qadar. Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan).
Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita Semua untuk melaksanakan I'TIKAF selama Ramadhan. Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan dan mendapat ampunan-Nya. Kita semua tentu berharap berjumpa dengan Lailatul Qadr.
Mengenai waktu minimal disebut i’tikaf yang dianut oleh jumhur (mayoritas) ulama hanya disyaratkan berdiam di masjid. Jadi telah dikatakan beri’tikaf jika berdiam di masjid dalam waktu yang lama atau sebentar walau hanya beberapa saat atau sekejap (lahzhoh). Imam Al Haromain dan ulama lainnya berkata, “Tidak cukup sekedar tenang seperti dalam ruku’ dan sujud atau semacamnya, tetapi harus lebih dari itu sehingga bisa disebut i’tikaf.”
Sehingga jika ada yang bertanya, bolehkah beri’tikaf di akhir-akhir Ramadhan hanya pada malam hari saja karena pagi harinya mesti kerja? Jawabannya, boleh. Karena syarat i’tikaf hanya berdiam walau sekejap, terserah di malam atau di siang hari. Misalnya sehabis shalat tarawih, seseorang berniat diam di masjid dengan niatan i’tikaf dan kembali pulang ke rumah ketika waktu makan sahur, maka itu dibolehkan. (az)
Komentar
Posting Komentar