SISTEM EKONOMI SPIRITUAL MENGUBAH CORONA JADI KARUNIA ๐
Jakarta, SKJENIUS.COM. - Subhanallah ๐ Virus Corona mulai mengusik Pri Kemanusiaan rakyat Indonesia. Betapa tidak, entah mengapa di tengah wabah yang mencemaskan ini, Pemerintah RI kembali menambah utang dengan menerbitkan obligasi global atau surat utang global dengan nilai US$ 4,3 miliar atau Rp68,8 triliun (kurs Rp16.000). Sementara itu, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, sebanyak 1,5 juta orang pekerja telah dirumahkan dan mendapat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) per Jumat (10/4). Sebanyak 1,2 juta di antaranya merupakan tenaga kerja di sektor formal, sedangkan 265 ribu lainnya adalah pekerja dari sektor informal.
Seiring dengan itu, Virus corona (COVID-19) ikut menggerogoti kesehatan ekonomi Indonesia. Diperkirakan perekonomian Indonesia bisa mengalami kontraksi sangat dalam. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya sebesar 2,5%. Angka itu turun separuhnya dari tahun 2019 sebesar 5,0%.
Karuan saja, bermunculan Sederet Prediksi Ekonomi RI yang Dihantam Corona. Antara lain menyebutkan laju perekonomian domestik akan lebih lambat karena virus corona turut menginfeksi prospek pertumbuhan ekspor dan impor. Sebab, distribusi dan rantai pasok barang terganggu. Namun sayangnya kesemua prediksi ekonomi dan Solusi yang diberikan umumnya berdasarkan kacamata Kapitalis. Padahal dalam mengatasi dampak wabah coronavirus ini kita harus memakai cara pandang yang holistik memadukan Sains dan Kearifan Lokal Nusantara serta Tasawuf Transformatif. Jadi, perlu menyinergikan pemecahan yang rasional dan kecerdasan spiritual.
Perlu kita sadari Pandemi Covid-19 terjadi, di tengah jaya-jayanya pembangunan eksternal wajah peradaban abad 21 ini, baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, insfratuktur, teknologi, serta media informasi dan komunikasi, kemanusiaan secara umum juga terpengaruh lebih berfokus pada pembangunan aspek eksternal dan material.
Akibatnya kapitalisme menjadi mahadewa di abad gersang ini, segenap dahaga batin manusia berusaha dipuaskan dengan bungkaman placebo kebahagiaan eksternal, serta pesta hura-hara dan keramaian sosial menjadi ritual paling ekstase dan satu-satunya altar kesenangan yang ingin dikenal. Kehidupan hedonisme, ekonomi riba dan jeratan sosialis Cina Komunis pun telah mencengkeram kehidupan umat.
Jadi, sesungguhnya coronavirus adalah pesan spiritual dari Allah bahwa terjadinya suatu wabah berkaitan dengan ulah tangan dan prilaku manusia itu sendiri. Allah menasihati, dan memperlihatkan bagaimana rumus ke-Ilahiyahan bekerja agar manusia kembali ke Jalan-Nya.
“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa: 30).
Ibnu Katsiir rahimahullah menjelaskan, “Dan firman-Nya (yang artinya) dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian maksudnya wahai manusia! musibah apapun yang menimpa kalian, semata-mata karena keburukan (dosa) yang kalian lakukan. “Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” maksudnya adalah memaafkan dosa-dosa kalian, maka Dia tidak membalasnya dengan siksaan, maka kembali lah ke Jalan-Nya."
Ya.. Satu diantara kesalahan terbesar kita selama ini telah menerapkan Sistem Ekonomi Kapitalisme yang dikomandani Amerika Sekuler serta mulai masuk kedalam jeratan utang Cina Sosialis Komunisme. Maka, marilah kita jadi Wabah Coronavirus ini sebagai "Turning Point" dalam Sistem Ekonomi Nasional kita. Turning point atau titik balik adalah peristiwa penting yang dapat mengubah kehidupan seseorang, suatu kaum dan bangsa dari situasi keterpurukan, kembali menemukan suntikan semangat mmenuju survive dan berkembang.
Sistem ekonomi kapitalis merupakan yang beroriantasi pada cara-cara produksi secara individu, atau dimiliki oleh individu, mementingkan kepentingan individu, terutama para Borjuis pemilik modal, dimana distribusi penentu harga dan jasa-jasa pelayanaan di dalamnya ditentukan oleh pasar bebas. Pandangan hidup masyarakat barat pada umumnya merupakan rasionalistik, metarealisme dan liberalisme. Jadi sangat BERTOLAK belakang dengan Budaya kita Masyarakat Adat Melayu Nusantara yang berazaskan SPIRITUALITAS, BERPIKIR KOLEKTIF, mendahulukan kepentingan bersama, Musyawarah dan Gotong Royong.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [al-Mรขidah/5:2].
Mungkin bagi sebagian besar rakyat Indonesia saat ini, kedua kata ini, yakni EKONOMI dan SPIRITUALITAS, hampir tak pernah dihubungkan. Pasalnya, mereka menganggap keduanya menempati dunia yang berbeda. Maka, kata SPIRITUALITAS amatlah asing bagi mereka. Padahal spiritualitas hadir di setiap lini kehidupan, namun mereka tidak menyadarinya.
Padahal seharusnya Sistem Ekonomi Indonesia itu haruslah berawal dari KESADARAN BATIN penuh CINTA pada kepada Umat. Sehingga BUKAN Kekayaan atau keuntungan semata yang dikejar, tapi bagaimana bisa BERGOTONG-ROYONG mengelola Sumber daya alam dan sumber daya manusia Negara Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang Adil dan Sejahtera.
Oleh karena itu, mungkin pun banyak yang TIDAK MENYADARI Sistem ekonomi yang kita warisi sekarang sangat kental peninggalan pemikir Barat terutama Amerika Serikat. Semua aliran dalam sistem ekonomi diatas hanya menekankan pada ekonomi material saja dan cenderung LIBERAL, KAPITALIS. Padahal Sistem Ekonomi Kapitalis menganut beberapa prinsip seperti persaingan bebas, efisiensi, homoeconomicus, free entry-free exit.
Semua prinsip ini menimbulkan KETIDAK ADILAN pada masyarakat. Jika diamati praktek-praktek pasar global dengan skala kecil telah memasuki kehidupan ekonomi masyarakat kita. Ini perlu diwaspadai. Ketidak adilan akan menimbulkan keterasingan (exit) dan akhirnya kemiskinan dan keterbelakangan.
Belajar dari beberapa kegagalan sistem ekonomi pasar tersebut, marilah Teguran Allah lewat Coronavirus ini kita jadikan momentum untuk mengembangkan satu alternatif sistem ekonomi yang berdasarkan azas SPIRITUALITAS. Karena itulah, kita berharap Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin sebagai PAKAR EKONOMI SYARIAH dapat mendeklarasi Sistem Ekonomi Spiritual sebagai Arah Baru Sistem Ekonomi Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa Jokowi-Ma’ruf Amin adalah Tokoh Bangsa yang memiliki KECERDASAN SPIRITUAL yang sudah lama merasakan asam garamnya dunia Politik dan Ekonomi.
Kita berharap kepada KH. Ma'ruf Amin, sebagai mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), dapat membangun suatu arus baru dalam sistem perekonomian di Indonesia. Pada masa kampanye lalu Ma'ruf menyebutnya sebagai sistem ekonomi keumatan. “Arus lama itu membentuk konglomerat. Yang ini arus baru, tapi bukan untuk melemahkan yang kuat, tapi bagaimana menguatkan yang lemah," kata Ma'ruf dalam jumpa pers di Kantor PBNU Jakarta Pusat di saat kampanye Cawapres.
Tentu saja saja rencana beliau Membangun Ekonomi Keumatan sebagai Arus Baru Perekonomian Indonesia yang berdasarkan SPIRITUALITAS ini perlu kita APRESIASI. Bagi seseorang yang menggunakan kecerdasan spiritual sebagai pedoman hidup, akan bersikap bahwa harta, profesi, dan jabatan hanyalah amanah Allah yang kelak harus dipertanggung jawabkan. Dengan spiritual yang tinggi seseorang akan melihat persoalan dengan lebih jernih dan subsantif.
Sehingga kilau dunia tidak membuatnya menjadi terlena, sebagaimana tragedi Qorun dengan kepongahan hartanya. SPIRITUALITAS EKONOMI akan membawa pelakunya pada titik ketentraman lahir dan batin. Keterlibatan aspek spiritual dalam ekonomi, akan memberi energi positif terhadap kesinambungan Perekonomian Indonesia. Mengabaikan aspek spiritual dalam bisnis justru akan deskontruktif terhadap kesinambungan bisnis. (az).
Komentar
Posting Komentar