RAMADHAN, I’TIKAF, WABAH CORONA DAN TUMBANGNYA REZIM KAPITALIS


Jakarta, JENIUSNET.- Subhanallah ๐Ÿ™ Virus corona membuat warga dunia tersentak, was-was, khawatir, dan dihantui ketakutan. Corona berdampak pada perekonomian Indonesia. Kurs mata uang rupiah terkoreksi cukup tajam. Kini telah mendekati 16.000 rupiah per satu dolar Amerika Serikat. Ini dipastikan bisa berakibat berat pada struktur APBN Indonesia. Terlebih lagi, negara ini masih dibebani pembayaran utang yang tak nilainya tak kecil. 

Covid 19 sedang menguji tatanan dunia dan Pemerintah Indonesia dengan ujian yang berat. Virus corona adalah faktor nonteknis yang sangat mungkin tak dikalkulasi bakal menghantam perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi global dan banyak negara kemungkinan besar terkoreksi seiring dengan wabah global ini. Semua negara memproyeksikan penurunan pertumbuhan ekonominya akibat pandemi virus Corona. 

Perekonomian Indonesia terpukul oleh pandemi virus corona atau Covid-19. Indeks saham anjlok ke bawah level 4.000, nilai tukar rupiah pun kian mendekati Rp 16.000 per dolar AS, dan yield Surat Utang Negara (SUN) pun cetak rekor tertinggi di 8,308%. Bahkan hari ini (21/4/20) Harga Minyak Negatif Buat Emiten Migas Rontok, IHSG Turun 1,62%.

Sementara itu, PT Bank UOB Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya mampu tumbuh 2,5% di tengah pandemi virus corona (Covid-19) yang berefek cukup besar terhadap sendi-sendi perekonomian nasional. Bahkan, dalam skenario terburuk, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa minus 0,4 persen. Kondisi ini, tentu saja memicu kekhawatiran akan krisis ekonomi kembali terulang pada tahun ini.

Banyak ahli yang memprediksi akan terjadi perubahan besar di seluruh Dunia. Sejarah Tunjukkan Wabah Bisa Ubah Peradaban dan Runtuhkan Dinasti. Jadi, bukan mustahil, tumbangnya rezim kapitalis, dilanda corona di berbagai belahan bumi ini. Rezim kapitalis global yang dipimpin oleh Transnasional Corporation (TNC) dan Multinational Corporation (MNC) ternyata tidak mampu mengendalikan kekacauan ekonomi sebagai akibat dari tindakan mereka sendiri. Karena itulah kalkulasi banyak ekonom menyimpulkan pandemi virus corona akan berujung pada krisis ekonomi dunia. International Monetary Fund (IMF), dalam laporan stabilitas keuangannya menyampaikan peringatan dini adanya risiko pembengkakan utang korporasi yang bisa mendorong terjadinya resesi global.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, satu hal yang perlu kita renungkan, khususnya bagi Jamaah Majelis Dakwah Al-Hikmah, dalam I’TIKAF kita pada Ramadhan ini adalah, “Akankah kita terus BERGELIMANG dalam sistem ekonomi Yang bergaya KAPITALISME seperti sekarang ini⁉️

Sungguh aneh bukan? Apabila ada orang berpuasa di bulan Ramadhan dan juga ikut tarawih, tetapi melanggar ajaran-ajaran Allah dalam mu’amalah, seperti masih mempraktekkan riba yang diharamkan atau melakukan penipuan harga yang tidak pantas. Maka dari itu, marilah kita gunakan, Ramadhan kali sebagai Momentum PERTOBATAN kita dari JERATAN RIBA dan KAPITALISME. Selanjutnya kita berusaha semaksimal mungkin untuk mengamalkan ajaran syari’ah Islam itu dan meninggalkan riba yang di haramkan.

Jika kita berpuasa secara benar, pasti hati kita akan terpanggil untuk hijrah dari sistem ekonomi kapitalis yang ribawi kepada sistem ekonomi spiritual yang didasarkan pada prinsip syari’ah Islam dan Kearifan Lokal Budaya Nusantara yang bebas bunga. Momentum Ramadhan harus di manfaatkan kaum muslimin untuk meninggalkan perilaku yang diharamkan Allah menuju sistem yang syari’ah yang di ciptakannya. Kita jangan lagi meniru perilaku kaum Yahudi yang sering dikecam Al-Quran. Mereka mengamalkan ajaran agamanya separoh-separoh, tidak utuh. 

“...Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS.2:85). 


Jadi, bila kita beribadah secara Islam, sedangkan bermuamalah secara kapitalis, bukan secara syari’ah Islam, berarti kita meniru perilaku Yahudi. Padahal sebagai orang beriman yang telah melaksanakan puasa, seharusnya meyakini dengan sesungguhnya, bahwa Islam itu adalah Way of Life yang komprehensif yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk ekonomi. Kita harus masuk ke dalam Islam secara utuh dan menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Inilah yang dititahkan Allah secara eksplisit (tegas) dalam al-Qur’an:

“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).

Semoga Berkah Ramadhan, membuka pintu hati dan pikiran serta kesadaran kita bersama  akan keunggulan sistem ekonomi islam. Sistem ekonomi spiritual (Spiritual Econominc) sangat prospek, tidak hanya untuk saat ini tetapi untuk jangka panjang, namun ini sekaligus merupakan tantangan bagi umat islam, khususnya yang bergabung dalam Majelis Dakwah Al-Hikmah untuk terus menerus melakukan kajian, evaluasi dan mencari solusi terhadap teori, konsep dan implementasi ekonomi spiritual dalam berbagai model dan bentuknya. 

Akhirul kalam, kami mengajak semua komponen bangsa ini untuk menggunakan momentum  Ramadhan dalam Suasana Dicekam Wabah Corona ini sebagai langkah kembali pada perekonomian yang sepenuhnya konsisten dengan amanat pasal 33 dan 34 UUD 1945 dan sejalan dengan Syari’ah Islam yaitu perekonomian yang non-kapitalistik, menolak neo-liberalisme dan berazaskan spiritualitas, demokrasi ekonomi dan kegotong-royongan(az).




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. CITRA SAMUDERA RAYA MEMASUKI TAHUN EMAS 2020๐Ÿ‘❤๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ™

TEKNIK ZIKIR PASRAH DIRI (TAWAKAL) UNTUK PENYEMBUHAN DIRI SENDIRI ๐Ÿ™

THERAPY ala Nabi SAW di RUMAH SEHAT AL-HIKMAH : Gratis KONSULTASI Spiritual ๐Ÿ™