MENGGIRING CORONA KE ASALNYA, MENJEMPUT KARUNIA DI SISI-NYA ๐
Jakarta, SKJENIUS.COM.- “Crisis is Opportunity. Sometimes the world needs a crisis: Turning challenges into opportunities.” Krisis adalah Peluang. Terkadang dunia membutuhkan krisis : Mengubah tantangan menjadi peluang.
Dalam berbagai kesempatan Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Abdurrahman Siregar sering mengingatkan, “Janganlah Takut dengan Musibah. Syukuri dan Mohon Pertolongan-Nya untuk mengatasinya. Insya Allah kamu akan mendapat Dua Berkah dibalik Satu Musibah. Karena itu, jangan lari dari masalah. Hadapi dan Selesaikan, maka Kamu akan menemukan Anegurah dibalik Masalah.”
Dalam pidato tahun 1959, John F. Kennedy terkenal mengatakan: "Ketika ditulis dalam bahasa Cina, kata 'krisis' terdiri dari dua karakter — satu melambangkan bahaya dan satu melambangkan peluang." Meskipun hari ini secara luas diakui bahwa ini bukan interpretasi yang benar dari karakter Cina, kebijaksanaan Presiden Kennedy tentang krisis menghasilkan peluang unik mungkin lebih penting daripada sebelumnya.
Sebagai seorang Spiritual Business Consultants, yang juga dipercaya sebagai Director of Safety Corporations and Risk Analisys di Samudera Group, saya menghabiskan hari-hari saya berusaha untuk memprediksi, mencegah, dan mempersiapkan potensi krisis di semua domain keamanan Samudera Group sebagai Spiritual Holding Enterprise dan seluruh Perusahaan yang bergabung di dalamnya : dari arena bisnis, politik dan ekonomi hingga militer dan terorisme.
Krisis pada umumnya dipandang berbahaya, mahal, dan mengurangi agenda dan prioritas lainnya. Namun, melihat kembali sejarah menggambarkan bahwa krisis dan ancaman ekstrem dapat berguna untuk mengarahkan individu, negara, dan bahkan dunia ke solusi. Seperti yang disarankan oleh Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Abdurrahman Siregar dan Presiden Kennedy, keluar dari krisis dapat muncul peluang baru dan luar biasa, terutama jika pendekatan dan paradigma tradisional dipertanyakan dan ditantang.
Selama krisis mendera atau musibah mewabah, insentif dan motivasi berubah, berpotensi mengarah pada perilaku kooperatif baru dan bahkan ke penciptaan sistem atau struktur baru. Krisis bisa membuat adrenalin kolektif mengalir, membangkitkan semangat gotong royong, menumbuhkan solidaritas sosial, memusatkan pikiran untuk menyelesaikan masalah.
Kami, di Samudera Group punya kalimat seperti ini; "Manusia yang hebat adalah manusia yang bisa Mengubah Masalah menjadi Berkah lalu kemudian mensyukurinya dengan berbagi Anugerah kepada hamba-Nya yang sedang menghadapi Musibah,”
Insya Allah, tidak berlebihan, jika kami mengatakan seperti itu. Sebab kita seringkali mengeluh dan marah karena hal-hal yang menurut kita amat-sangat menyebalkan. Padahal hal-hal yang kita anggap amat menyebalkan itu adalah karena kita melihatnya dengan kacamata kita. Padahal bila kita mencoba melihat dari sisi yang lain, kita akan mendapatkan hal yang berbeda.
Sebuah contoh yang sedang menjadi perbincangan umum hari ini di seluruh dunia, wa bil khusus fi Indonesia, Wabah Corona kian Mengguncang Dunia! Wabah virus Corona (Covid-19) telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat di berbagai dunia, termasuk Indonesia. Sebab, virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, itu telah masuk ke Indonesia dan menyebar ke berbagai pelosok negeri. Baik pemerintah maupun berbagai ormas Islam dan ulama menyerukan agar masyarakat tetap tenang dan tidak panik, namun harus waspada.
Sebagian Besar dari Kita menganggap virus corona adalah ancaman yang menakutkan. Bahkan mungkin saja ada yang bertanya-tanya, “Mengapa Allah mengizinkan Virus yang berbahaya ini hadir di Indonesia tanpa diundang?” Pemerintah Indonesia pun melakukan berbagai cara demi mencegah penyebaran virus Corona Covid-19, mulai dari jaga jarak fisik atau physical distancing, kerja dari rumah (WFH), belajar di rumah, hingga beribadah dari rumah.
Nampaknya, Ideologi dan falsafah hidup kita yaitu Pancasila, saat ini sungguh sedang diuji kepada seluruh bangsa Indonesia di seluruh pelosok tanah air kita. Jika kita sungguh-sungguh mengakui ketauhidan Tuhan Yang Maha Kuasa seperti pada sila pertama Pancasila, maka kita seluruh bangsa Indonesia harus betul-betul ikhlas dan tawakal menerima musibah dan wabah virus corona ini sebagai bagian dari ketentuan dan takdir dari Allah Yang Maha Kuasa.
Jika kita tidak bisa menerima semua ini sebagai sesuatu yang diluar kekuasaan dan nalar kita sebagai manusia biasa, maka hanya akan ada 2 kemungkinannya, kita bisa mengalami pecah pembuluh darah di otak atau sakit jiwa. Jika kita bangsa Indonesia betul-betul memiliki rasa dan kepekaan sebagai manusia Indonesia yang Berbudaya Spiritual Nusantara, maka inilah saatnya kita membuktikannya. Apakah kita sudah menyadari bahwa dalam mengatasi wabah coronavirus ini kita harus memadukan Kekuatan Rasa, Cipta dan Karsa kita.
Oleh Karena itu, segala Upaya kita meraih Sukses dalam Menanggulangi Virus Corona dan mengatasi dampak negatifnya di bidang Ekonomi itu, sangat berkaitan erat dengan kemampuan kita secara peribadi maupun Bangsa dalam memadukan kekuatan Iman dengan Kecerdasan Intelektual dan Kearifan Berbudaya. Bukankah, Indonesia berdiri kokoh mewadahi 300-an kelompok etnik. Adat dan budayanya sangat beragam. Memiliki kepercayaan ritual dan mempunyai upacara adat tolak bala.
Manusia Nusantara memiliki naluri
untuk menghambakan diri kepada yang Maha Esa, yaitu dimensi lain di luar diri
dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan
ini sebagai akibat atau refleksi ketidak mampuan manusia dalam menghadapi
tantangan-tantangan hidup, hanya yang Maha kuasa saja yang mampu memberikan
kekuatan dalam mencari jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan.
Karena itulah mereka melakukan upacara adat tolak bala
Pandemi corona virus memang banyak mengakibatkan dampak negatif, akan tetapi di sisi lain juga ada sisi positif bagi alam. Setelah kadar polusi menurun, ilmuwan mengamati bahwa Bumi menjadi lebih sunyi di tengah wabah COVID-19. Sekitar 4 miliar orang, separuh dari populasi dunia, mengisolasi diri untuk memutus penularan virus corona. Aktivitas manusia pun berkurang drastis dan menjadikan getaran Planet Bumi berkurang.
Yups..! Memandang corona dari sudut pandang Spiritual dan Medis secara terintegrasi itulah solusinya. Melihat dari sisi yang lebih holistik. Dengan mengubah sudut pandang atau mindset kita, Insya Allah kita akan bisa melihat apa dan bagaimana wabah covid-19 itu sebenarnya.
Mari kita hayati, tafakkuri dan amalkan petunjuk Allah dalam menghadapi musibah berikut ini;
Mari kita hayati, tafakkuri dan amalkan petunjuk Allah dalam menghadapi musibah berikut ini;
“Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS 2: 155).
Amat menarik bahwa Allah menyebut orang sabarlah yang akan mendapat berita gembira. Jadi bukan orang yang menang atau orang yang gagah, bukan pula orang yang bersih maupun para ahli medis....tapi orang yang sabar!
Kemudian Allah menjelaskan siapa yang dimaksud oleh Allah dengan orang sabar pada ayat di atas: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. (Qs 2: 156).
Ternyata, begitu mudahnya Allah melukiskan orang sabar itu. Bukankah kita sering mengucapkan kalimat “Inna lillahi….” Orang sabar-kah kita? Maka marilah kita merenung makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Arti kalimat itu adalah : “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali.” Kalimat ini ternyata bukan sekedar kalimat biasa. Kalimat ini mengandung pesan dan kesadaran tauhid yang tinggi. Setiap musibah, cobaan dan ujian itu tidaklah berarti apa-apa karena kita semua adalah milik Allah; kita berasal dari-Nya, dan baik suka-maupun duka, diuji atau tidak, kita pasti akan kembali kepada-Nya. Ujian apapun itu datangnya dari Allah, dan hasil ujian itu akan kembali kepada Allah. Inilah orang yang sabar menurut Al-Qur’an!
Maka, marilah kita giring coronavirus ke asalnya, sekaligus kita menjemput Anugerah ke Sumbernya. Mari Ruqyah diri, dan Meruwat Negeri dengan Khataman Qur’an. Mari kita Beribadah ke Masjid sesuai Protokol Kesehatan Medis agar kita bisa menyatukan Kekuatan Spiritual dan Menyinergikan Kekuatan Do’a. Semogakita bisa menggiring coronavirus ke asalnya.
Semoga kita mendapat Anugerah-Nya, sebagaimana telah dijanjikan-Nya:“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
Semoga kita mendapat Anugerah-Nya, sebagaimana telah dijanjikan-Nya:“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.
“Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali,” tegas Guru Mursyid kita, Allahyarham KH. Abdurrahman Siregar. (az).
Komentar
Posting Komentar