MEMADUKAN SPIRITUALITAS DENGAN PROTOKOL MEDIS DALAM MENGATASI WABAH CORONA
Jakarta, SKJENIUS.COM.- Masya Allah 🙏Kasus virus corona (COVID-19) di Indonesia hari ini mencapai 8.607. Jumlah pasien sembuh corona ada 1.042 orang dan meninggal 720 orang. Data ini merupakan update Sabtu (25/4/2020), hingga pukul 12.00 WIB. Jumlah kasus positif hari ini bertambah 396 orang, jumlah sembuh bertambah 40 orang, dan jumlah meninggal bertambah 31 orang.
Hingga saat ini pemerintah masih memberlakukan langkah pembatasan sosial atau social distancing dalam meredam penyebaran virus corona yang telah mewabah. Sementara untuk meredam dampak dari kebijakan yang telah diberlakukan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif demi menjaga daya beli masyarakat. Kebijakan-kebijakan tersebut di antaranya insentif perpajakan untuk sektor-sektor terdampak, relaksasi kredit untuk masyarakat terdampak, dan banyak lagi.
Lalu, sudah tepatkah langkah yang ditempuh
Menurut saya langkah itu oke saja. Banyak sekali variasi kebijakan yang dilakukan dan terima kasih untuk itu. Tetapi saya menyarankan agar lebih fokus, khusus dikonsentrasikan untuk menghentikan penyebaran corona, tidak perlu terlalu banyak hal yang dilakukan.
Dalam situasi begini harus fokus pada akar masalah, yaitu wabah virus corona itu. Jadi segala daya diarahkan untuk menghentikan penyebaran virus corona. Kalau virus corona itu bisa dihentikan, maka berbagai persoalan ekonomi akan berhenti dengan sendirinya.
Lalu bagaimana sebaiknya seorang Muslim menyikapi ini? Seseorang menghadapi Masalah sesuai dengan kadar KEIMANAN yang dipunyainya. Jika KEIMANAN sudah TERTANAM kokoh dalam HATI, maka hanya kepada ALLAH kita BERSERAH diri ....Allahu Akbar ‼️🙏
Karena itu, pandemi mesti dianggap sebagai ujian Keimanan dari Allah SWT. Hal ini sejalan dengan FirmanNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian/cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’ [21]: 35).
Lebih lanjut sikap terbaik menghadapi ujian berupa serangan virus korona itu yakni:
Pertama, kita bertawakkal sepenuhnya kepada Allah, Memohon petunjuk-Nya, setelah itu berikhtiar. Kita harus yakin sepenuhnya bahwa hanya dengan Kekuatan Iman dan Pertolongan Allah, segala ikthtiar dan protokol kesehatan yang kita terapkan akan berhasil dalam menanggulangi pandemi COVID-19.
Sebagaimana Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan pada hari Senin mengatakan bahwa coronavirus akan dihadapi dengan KEKUATAN IMAN. Hal tersebut ditegaskannya ketika ia mengumumkan langkah pemerintah Pakistan untuk mengendalikan coronavirus, dengan mengatakan bahwa tim bantuan yang terdiri dari para pemuda akan berperan penting dalam memenangkan perang melawan pandemi.
Seiring dengan itu, mari kita tafakkuri, firman Allah SWT berikut ini : “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal. Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada seorangpun yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang bisa menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah hanya kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (Qs Ali Imran: 59-60).
Kedua, berikhtiar menghindarinya dengan memperhatikan hukum kausalitas Sunnatullah. Misalnya, kita harus mencuci tangan ketika akan makan atau minum atau baru datang dari bepergian dan segala upaya Medis lainnya sesuai Protokol Kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
Nah, saat Berikhtiar itu harus pula kita sadari dan pahami Wabah virus Corona yang mengguncang dunia, memang bisa diatasi secara medis. China dan Vietnam sudah membuktikan bisa mengatasinya secara cepat dan akurat. Dan Pemerintah Indonesia pun melalukan hal yang sama. Namun sebagai negara besar dengan ragam budaya dan pengobatan alternative, pemerintah perlu mendengar masukan dari para ahli Supra natural, yang tidak kasat mata, namun dirasakan oleh manusia.
Gerakan Spiritual yang dimaksud adalah menjadikan Masjid sebagai Pusat Penanggulangan Corona berbasiskan “Spiritual Converging” dengan melakukan Ruqyah Tilawah Qur’an, Shalat Hajad, Kekuatan Zikir dan Do’a Tolak Bala.
Jangan remehkan dan sepelekan untaian doa seseorang, atau orang ke orang lain. Apalagi do’a berjamaah di Masjid. Karena itu, jangan dianggap sepele, jika dalam susunan kegiatan kita mengatasi wabah corona sesuai Protokol Medis, perlu kita rangkai dan sinergikan dengan Do’a. Karena memang begitu urgensinya doa. Bukan sekedar seremonial. Kadang ada yang menganggap sepela, tidak perlu doa, khan sudah cukup. Bahkan meng-“amin”-kan saja enggan, tak bersuara.
Selanjutnya dalam Berdo’a, perlu kita pahami bahwa Ada beberapa faktor yang mempengaruhi agar Do'a kita lekas dikabulkan Allah SWT. Apabila kita perhatikan petunjuk Allah dan RasulNya, doa yang dikabulkan oleh Allah banyak dipengaruhi oleh faktor Waktu dan Tempat Berdo'a.
Saat ini, kita sedang berada dalam bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan rahmat. Bulan dikabulkannya do’a oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Waktu yang istijabah untuk berdo'a di bulan Ramadhan ini adalah sepertiga malam. Sebagaimana sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam:
"Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808)
Selanjutnya perlu kita sadari bahwa tempat dimana kita berdo'a juga mempengaruhi dikabulkannya doa kita. Nama-nama tempat seperti Multazam (antara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah), Maqam Ibrahim, Hijir Ismail, Shafa dan Marwah, Padang Arafah (saat berwuquf haji) dan Raudhah di masjid Nabawi di Madinah adalah tempat-tempat yang sangat mustajabah untuk berdoa.
Namun bagi kita yang belum bisa ke sana, masjid, surau atau mushala yang merupakan rumah Allah, juga tempat yang sangat baik untuk memanjatkan do'a.
"Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual-beli, atau aktivitas apapun dan mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang.” (QS. An-Nur: 36-37).
Komentar
Posting Komentar