MASJID ADALAH TEMPAT TERBAIK UNTUK MENGHALAU CORONA BERBASIS KEYAKINAN PADA ALLAH YANG MAHA KUASA


Jakarta, SKJENIUS.COM.- Masya Allah ๐Ÿ™ PSBB Jakarta Gagal, Anies Perlu Perbaikan Apa Saja di Fase Kedua? PSBB ala Anies Baswedan tidak berjalan mulus atau bahkan bisa disebut gagal saat diimplementasikan. Padahal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam menekan penyebaran virus corona (Covid-19) sejak 10 April 2020. PSBB fase pertama itu berakhir Kamis (23/4) malam.

Merujuk data Pemprov DKI, jumlah korban meninggal akibat kasus virus corona di Jakarta juga masih tergolong tinggi selama PSBB. Hingga 23 April, jumlah korban meninggal mencapai 316 atau bertambah 160 dari tanggal 10 April yang hanya mencatatkan 156 orang meninggal akibat corona. Artinya, tingkat kematian akibat corona di Jakarta 9,43 persen atau 12,3 kasus kematian per harinya selama PSBB tahap pertama berlaku di Jakarta.

Sebagai warga negara yang peduli kepada nasib bangsanya tentu saja kita mendukung dan mengapresiasi seluruh upaya Anies Baswedan dan Pemerintah Pusat serta kerja keras Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo dan seluruh teamnya dalam menanggulangi wabah yang mencemaskan ini.

Seiring dengan itu, kita pun perlu mengajukan Usul dan Saran kepada Pemerintah sesuai bidang dan Keahlian kita masing. Saya bukan profesional medis, ahli epidemiologi atau pakar pandemi.  Saya ingin berbagi informasi serius di bidang-bidang penting bagi para profesional yang memiliki pelatihan yang tepat untuk membantu umat melewati epidemi virus corona.

 Meskipun saya tidak memiliki pengetahuan medis, sebagai seorang Spiritual Therapist dan aktivis sosial selama 25 tahun, saya percaya saya dapat berupaya dengan rendah hati meresepkan vaksin etis yang dapat memperbaiki saraf yang cemas dan pikiran yang khawatir.  Kata-kata saya tidak dimaksudkan untuk menyembuhkan secara fisik semata tetapi juga untuk menginspirasi secara spiritual.

Pada saat yang penuh tantangan ini, tampaknya tepat bahwa mereka yang berada dalam posisi untuk (kembali) membangun kepercayaan dan keyakinan pada Allah Yang Maha Kuasa Dalam semangat itu, saya berbagi pemikiran tentang bagaimana kita dapat secara spiritual mengatasi kenyataan yang tidak pasti yang telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.  Coronavirus tidak hanya merupakan penyakit pada tubuh, tetapi juga menghadirkan krisis eksistensial yang telah membuat pemerintah, bisnis dan, yang paling penting, komunitas dan individu berada pada kecemasan yang memuncak.

Terlepas dari perdebatan antara kelompok yang kena penyakit WAHN, sehinga TAKUT MATI dan Kaum SPIRITUALIS yang ingin memberi Solusi, dalam konteks penanganan virus Corona saat ini, maka semestinya masyarakat memahami bahwa penanganan wabah ini tidak cukup hanya dengan Ithtiar Intelektual dan mengikuti Protokol Kesehatan sebagaimana dianjurkan pemerintah, seperti social distancing, menggunakan masker, memakai hand sanitizer, tidak jabat tangan dan lain sebagainya. 

Namun, sebagai orang Beriman, kita pun harus melakukan Daya Upaya yang sungguh-sungguh untuk mengatasi wabah mematikan ini dengan Gerakan Spiritual yang Terstruktur, Sistematis dan Massive. Seyogyanya harus tertanam Kuat ke dalam Lubuk Hati kita yang paling dalam, 

“Kita Hanya takut kepada Allah dan tidak takut Corona. Karena itu kita sadar sepenuhnya bahwa Manusia tak hanya diberi takdir (skenario hidup), tetapi juga akal dan daya dalam menjalani kehidupannya di dunia,”

Menghadapi Corona kita tak cukup berpangku tangan menunggu takdir baik buruk, tetapi harus ada ikhtiar. Namun Ikhtiar kita tidaklah semata-mata mengandalkan Intelektualitas dan Ilmu Pengetahuan Medis semata. Pasalnya, yang namanya penyakit, apapun jenisnya, khususnya penyakit menular seperti virus Corona tidak bisa didekati secara parsial. Tidak cukup hanya menggunakan pendekatan medis semata. Sebaliknya, tidak pula hanya dengan pendekatan rohani (spiritual). Karena itulah, seharusnya kita menghadapi wabah corona ini secara holistik(menyeluruh).


Para Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak, Doctor Bagindo Muchtar dan Bapak Sesepuh Pengajian Tawakal, H. Permana Sasrarogawa, senantia mengingatkan kita agar menjadikan Islam sebagai Way of Life. Karena itu, kita harus berupaya melaksanakan Islam secara Holistik (Kaffah), yakni berislam secara Legal-Ritual-Spiritual dan Aktual. Sehubungan dengan hal tersebut diatas kita semua harus Menyadari, dalam menghadapi pandemi covid-19, kita Perlu mengedepankan sisi spiritualitas.

Apalagi mulai hari ini sudah memasuki bulan Ramadhan. Satu fasilitas mewah dan penuh Berkah serta Rahmat-Nya yang bisa kita optimalkan tidak semata menjalani kegiatan di rumah saja, tapi kita I’tikaf di Masjid, semoga semakin mendekatkan diri kepada Allah. Namun tentu saja kita harus mengikuti Protokol Kesehatan agar bisa beribadah di Masjid. Untuk itu, perlu kita hujamkan dengan kuat ke dalam Lubuk Jiwa kita KEYAKINAN bahwa :

 “MASJID TEMPAT TERBAIK DI BUMI. Tentu tidak bisa disamakan Pahala Ibadah di Masjid dan di Rumah kita masing-masing. Tidak bisa disamakan Kualitas Ibadah Berjamaah di Masjid dengan sendirian di Rumah.”

Jadi, dalam Gerakan Spiritual untuk MENGHALAU corona ini, kita harus menjadikan Masjid sebagai Pusat Kegiatan (Crisis Center). Pasalnya, saat ini tercatat ada sejuta Masjid di seluruh Nusantara. Insya Allah, jika di tiap Masjid ada yang I’tikaf sebanyak 17 orang sajamaka akan terbentuk Penyatuan Kekuatan Batin (Spritual Converging), diantara 17 Juta orang. Kita membutuhkan spiritual converging untuk membangun Kekuatan Ruhani Umat (inner strength of the people). Pada saat bersama menghadapi virus corona memang dibutuhkan semangat kebersamaan dan persatuan bukan hanya dalam makna lahiriah namun justru batiniah. Spiritual Converging mempersatukan energi batiniah etika, moral, adab, akhlak dan budi pekerti umat manusia demi melawan prahara.


Insya Allah dengan KEKUATAN DO’ADaya Ruqyah Khataman Qur’andan Dahsyatnya Energy Zikir dari 17 juta orang itu akan mampu menghalau covid-19 ke asalnya. Untuk mengetahui seberapa besar energi yang dihasilkan atau khasiat dari Do’a, Khataman Qur’an dan Zikir itu, kita dapat menggunakan rumus Einstein;

E = MC2 (Energy = MCkuadrat)

E = Energi yang dihasilkan

M = Jumlah orang yang mendoakan

C = Kualitas/dalamnya keyakinan orang yang mendoakan tersebut

Itulah sebabnya air zamzam atau air yang sudah didoakan dapat menyembuhkan orang lain, karena setiap saat selalu didoakan oleh jutaan orang dan tidak pernah putus sejak ditemukan lebih dari 15 abad yang lalu sehingga membentuk strukturnya hexagonal. 

Menurut Dokter Erwin Kusuma Spjk, bahwa air dengan gugus enam molekul/hexamolekuler bentuknya bulat, stabil dan kokoh serta berukuran kecil sehingga mudah memasuki sel-sel tubuh ketika di minum, juga mudah diserap ke dalam sel tubuh sehingga memperlancar proses metabolisme sel. Itulah sebabnya air yang hexamolekuler di sebut air hexagonal.

Semoga uraian singkat ini dapat menambah Keyakinan para pemirsa akan pentingnya melakukan Gerakan Spiritual yang seiring dengan Protokol Medis dalam upaya kita bersama Menghalau coronavirus kembali ke asalnya. (az).





Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. CITRA SAMUDERA RAYA MEMASUKI TAHUN EMAS 2020๐Ÿ‘❤๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ™

TEKNIK ZIKIR PASRAH DIRI (TAWAKAL) UNTUK PENYEMBUHAN DIRI SENDIRI ๐Ÿ™

THERAPY ala Nabi SAW di RUMAH SEHAT AL-HIKMAH : Gratis KONSULTASI Spiritual ๐Ÿ™