I’TIKAF RAMADHAN MENGUBAH WABAH JADI BERKAH🙏❤️
Cikarang, SKJENIUS.COM.- Alhamdulillah 🙏 Menjelang datangnya Ramadhan, kita dapat merasakan perubahan dalam pikiran. Pikiran akan menjadi TENANG, DAMAI, dan lebih BAHAGIA. Mendekati datangnya bulan yang Mulia dan Penuh Berkah ini, tubuh mulai beradaptasi dengan melepaskan hormon dan bahan kimia, seperti adrenalin, dopamin, dan hormon steroid. Jadi, sekaligus juga meningkatkan Kekebalan Tubuh (Imunitas).
Selanjutnya kita perlu persiapkan Rasa, Cipta dan Karsa kita menyambut kehadiran Bulan Suci yang Menebar Rahmat, Maghfirah dan Terbebas dari Siksa Neraka (Itqum Minannas). Selama ini, sebagian besar umat Islam saat ini yang bekerja dari pagi sampai sore tentu mengalami kendala jika harus berdiam diri selama sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Padahal, Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan waktu yang penuh dengan kebaikan, keutamaan, dan pahala yang melimpah ruah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Semasa hidup, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selalu bersungguh-sungguh menghidupkan sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.
Namun, dengan adanya Wabah Coronavirus, hampir semua orang “TERPAKSA” harus berdiam di Rumah dalam rangka Physical Distancing ataupun Isolasi Diri (Self Quarantine). Maka, Ramadhan kali ini, haruslah Amat Sangat Banyak kita Bersyukur. Pasalnya, kali ini, Insya Allah Umat Islam, bukan hanya akan melaksanakan I’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan, namun full Satu Bulan Suci itu harus berdiam diri yang harus dijalani sesuai Protokol Kesehatan. Jadi, tinggal dipadukan antara protokol Medis dengan Protokol Spiritual, sehinga kita bisa mengubah wabah Menjadi Berkah. Insya Allah Ramadhan Kali ini Menjadi Ramadhan Yang Luar Biasa dibanding Pada tahun-tahun sebelumnya.
Sebagaimana kita ketahui l, Amalan utama pada sepuluh hari terakhir adalah i’tikaf atau sering disebut dengan itikaf, i’tikaf, iqtikaf, i’tiqaf, atau itiqaf. I’tikaf berasal dari bahasa Arab akafa, yang memiliki arti diam, menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah dan bermuhasabah (introspeksi diri).

Namun sayangnya SOLUSI LANGIT ini, nampaknya mulai MEMUDAR keberadaan di tengah Umat dari Ramadhan ke Ramadhan. Nampaknya, I’tikaf tidak lagi menjadi kebiasaan muslimin di Ramadhan, maka berbagai kekeruhan itu tidak kunjung pergi. Mungkin Ramadhan telah dilaluinya puluhan kali, tetapi tetap saja jiwa, pikiran dan tingkah lakunya kotor. Untuk mendapatkan solusi langit, maka hidupkanlah I’TIKAF kita dalam kesendirian kita dengan Allah di rumah-rumah Allah di sepuluh terakhir Ramadhan.
Dan solusi itupun hadir. Diawali oleh kegundahan hati yang pasti berawal dari iman yang merasa sendirian dan tidak nyaman, hidup di tengah masyarakat jahiliyyah. Seperti saat ini banyak orang hidup dalam ketakutan akibat wabah corona dan dampak Ekonomi yang disebabkannya. Maka, mau tidak mau, semakin banyaklah orang yang mulai menguatkan hubungan dengan Allah, hingga bimbingan ILHAM itu mulai turun.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).
Beri’tikaf berarti meraih sumber mata air yang menguatkan iman laksana mukjizat. I’tikaf menumbuhkan sikap dermawan tak terhingga, mendorong seorang mukmin untuk terus beramal tanpa henti, menumbuhkan cita-cita tanpa putus asa. Beri’tikaf mengikatkan diri dengan Allah swt. yang dengannya tidak akan berarti setiap ikatan-ikatan emosional lainnya. Beri’tikaf sekaligus meringankan beragam rintangan di jalan dakwah dan medan amal.
I’tikaf merupakan pintu keluar seorang muslim dari rutinitas dan aktivitas kehidupan dunia berikut kesibukan dan kerumitannya. Seorang yang I’tikaf akan menghadap Penciptanya, Dzat Pencipta dunia seisinya ini. Seorang yang beri’tikaf sedang memutus dirinya dari kesibukan dunia dan memburu bekal perjalanan kehidupan yang ia butuhkan sampai hari ajal menjelang. Bukankah ini bagian yang kita pahami dari firman Allah swt. “Dan berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197).
Komentar
Posting Komentar