SPIRITUALITAS : SYARAT PENTING DAN PERLU MENUJU BISNIS BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE BUSINESS)


Jakarta, JENIUSLINE.- Mungkin banyak diantara kita yang berpikir bahwa dunia Ekonomi, Bisnis dan Keuangan tak ada kaitannya sama sekali dengan Spiritualitas. Pasalnya, masyarakat Dunia saat ini sedang berada dalam dominasi Peradaban Barat yang Sekuler, sehingga sistem ekonomi mereka pun mencengkeram perekonomian dan mengatur perputaran keuangan dunia. Padahal, Kapitalisme dan Sosialisme itu berakar pada Filsafat Materialisme.

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatu merupakan manifestasi dari aktivitas materi. Karena itulah sistem ekonomi kapitalisme telah mengajarkan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya akan terwujud jika semua pelaku ekonomi terfokus pada akumulasi materi, kapital (modal).

Harus diakui bahwa banyak orang memulai bisnis dengan tujuan ingin menghasilkan uang (materi) lebih banyak. Padahal, sudah banyak pebisnis berpengalaman yang menyadari bahwa tujuan itu belum cukup kuat untuk bisa bertahan lama. Spiritual dan aktivitas bisnis sebenarnya tidak dapat dipisahkan

Bahkan, berdasarkan penelitian dan pengalaman kami sebagai Spiritual Business Consultant terungkap bahwa di Bumi Nusantara ini, keberhasilan bisnis akan diperoleh jika berbisnis dilandasi nilai-nilai spiritual. Itulah mengapa factor spiritalitas menjadi penting untuk diperhatikan, khususnya bagi para pemimpin. Tidak hanya faktor teknis dalam menjalankan perusahaan, yang dibutuhkan saat ini adalah pemimpin-pemimpin yang memiliki landasan spiritual yang kuat untuk memimpin sebuah perusahaan.

Dalam pandangan Budaya Nusantara, Sesungguhnya memenuhi kewajiban duniawi, Bisnis, Berdagang dan Bekerja, adalah Aktualisasi dari ajaran spiritual. Penggalan kata spiritual adalah spirit+ual. Spirit mengandung arti semangat, kehidupan, pengaruh, antusiasme, spiritus itu bahan bakar dari alkohol, dan minuman anggur itu disebut sebagai spirit atau minuman yang memberi semangat. Spirit sering diartikan sebagai ruh atau jiwa. Jadi arti kiasannya adalah semangat atau sikap yang mendasari tindakan manusia. Ritus menjadi simbol ketaatan individual. Sedangkan aspek aktual merupakan pancaran yang ingin dicapai dengan pelaksanaan ritus itu. Yakni memperoleh pengaruh-pengaruh setelah kita membiasakan diri, lalu menggali makna di balik perintah-perintah tekstual.

Maka dari itu, spiritualitas bukanlah lawan dari duniawi. Objek-objek duniawi beserta dengan kenikmatannya adalah bagian dari keberadaan yang tidak bisa dinegasi. Dia ada dan merupakan integral dengan kehidupan. Dunia materi dan dunia spiritual adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dipertentangkan satu dengan yang lain, bahkan sesungguhnya satu adanya.

Artinya, jika orientasi kita adalah spiritual, maka segalanya adalah spiritual, demikian juga sebaliknya jika orientasi kita material, metode spiritual apapun akan tetap material. Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak mengingatkan bahwa "Lahirilah Kita, Adalah Cerminan Batin Kita." Artinya, apa yang nampak dari perbuatan lahir seseorang menunjukkan apa isi hatinya.

Ungkapan ini jika kita cermati akan didapati kebenarannya di mana hubungan keduanya mirip dengan dua wajah uang logam, tidak bisa dipisahkan. Bisa jadi dalam hubungan lahir dan batin terkadang tidak cocok, tapi itu jarang sekali. Yang sering adalah amalan lahir merupakan cermin dari amalan batin (isi hati). Hal itu telah disinyalir oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah, jika ia baik maka seluruh jasad akan baik dan jika rusak maka seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 52 dan Muslim no. 4070).

Dari hadits ini dipahami bahwa kerusakan pada amal jasmani timbul dari kerusakan batin dan baiknya amal jasmani timbul dari baiknya amal batin. Sebaliknya, adanya kerusakan pada amal lahiriah akan menyebabkan kerusakan pada batin.

Lalu mengapa dewasa ini terjadi dikotomi pemahaman yang begitu berat seolah-olah dunia spiritual berlawanan dengan dunia material? Padahal, tidak dapat dipungkiri bahwa materi adalah penyebab kejatuhan manusia. Orang yang terjebak di dunia materi akan senantiasa berada di dalam ikatan sengsara tanpa tepi.

Karena itulah, Peradaban Barat sebagaimana ditulis oleh sejarawan Marvin Perry, adalah sebuah peradaban besar, tetapi sekaligus sebuah drama yang tragis (a tragic drama) . Peradaban ini penuh kontradiksi. Satu sisi, ia memberi sumbangan besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang membuat berbagai kemudahan fasilitas hidup, tapi pada sisi lain peradaban ini memberi kontribusi yang tidak kecil kepada penghancuran alam semesta. Hal itu dikarenakan barat menyandarkan peradabannya hanya berdasarkan pada rasio dan panca indera, jauh dari wahyu dan tuntunan Ilahi.

Secara realitas, dalam implementasinya, sistem Ekonomi yang berdasarkan paham sekuler mengandung banyak kelemahan sebagaimana yang banyak dikemukakan para pakar. Seperti munculnya kesenjangan dan rasa ketidakadilan yang merugikan masyarakat. Agar kondisi seperti ini tidak berkelanjutan, maka perlu dicarikan solusinya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas Manajemen Samudera Group berupaya melakukan Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-nilai Religiusitas dalam kegiatan bisnis, sebagai langkah Awal dalam upaya Mewujudkan Ekonomi Wasathiyah yang Berkeadaban. Sejak satu setengah tahun lalu, Manajemen Samudera Group bekerjasama dengan Spiritual Business Consultant dalam mengembangkan Bisnis berbasiskan Manajemen Ilahiyah. Jadi, Spiritualitas adalah Syarat Penting dan Perlu untuk Menumbuhkan Ekonomi Indonesia.(az).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. CITRA SAMUDERA RAYA MEMASUKI TAHUN EMAS 2020👍❤🇮🇩🙏

TEKNIK ZIKIR PASRAH DIRI (TAWAKAL) UNTUK PENYEMBUHAN DIRI SENDIRI 🙏

THERAPY ala Nabi SAW di RUMAH SEHAT AL-HIKMAH : Gratis KONSULTASI Spiritual 🙏