MENYINGKAP MISTERI TAKDIR : KIAT SUKSES MENJEMPUT REZEKI
Jakarta, JENIUSLINE.- Beberapa malam yang lalu, saya kedatangan tamu, beberapa orang pengusaha yang akan berangkat ke Kota Malang, Jawa Timur. Dalam percakapan kami malam itu terlontar sebuah pertanyaan menarik dari seorang Pengusaha Perempuan tentang Kekuatan Do'a dana pengaruhnya dalam Bisnis. "Mengapa ada diantara mereka yang nampaknya khusyuk berdo'a dan rajin beribadah, namun Kualitas Hidupnya belum memadai. Sementara mereka yang tidak berdo'a, bahkan kafir, justru kehidupannya berlimpah harta⁉
Yups.🤦♂️ Pertanyaan diatas tentu saja menyentak seluruh hadirin. Pasalnya, itulah sebuah teka-teki kehidupan, yang sadar atau tidak sering timbul di dalam pikiran kita, mengapa saya tidak sekaya orang lain ? mengapa mereka yang banyak bermaksiat justru semakin sukses dalam bisnisnya? Apakah ini sudah takdir saya? Untuk itu, mari kita kaji firman Allah Ta”ala berikut ini :
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az Zukhruf : 32).
So 👍 Berdasarkan Firman Allah tersebut di atas, sebagai Pebisnis Muslim tentu saja kita harus, beriman dengan Haqqul Yakin, bahwa Allah-lah yang mengatur pembagian rezeki kepada hambanya, Allah-lah yang mengatur penghidupan kita (ma'isyah) bukan orang lain, bukan pelanggan, bukan Chairman, buks CEO, bukan Direktur Utama, bukan pimpinan perusahaan dan bukan diri kita, tapi Allah-lah yang menentukan seberapa banyak rezeki kita hari ini dan esok.
Lalu Mengapa Allah Menentukan Rezeki Saya Sampai Hari Ini Hanya Sedikit ⁉🤭
Boleh jadi karena Allah tahu batas kemampuan kita, jika diberi kekayaan melimpah kita tidak lagi ingat kepadaNya, kita akan banyak berbuat maksiat. Karena Allah Maha Tahu, Dia mengetahui kadar kemampuan kita dalam menerima fitnah harta.
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” QS. Asy Syuura : 27
Semua itu terjadi karena Allah tahu kapasitas dan kemampuan kita dalam menerima ujian kekayaan, semua karena kasih sayang Allah kepada hambanya, ada orang yang jika diberi kemiskinan maka dia akan bermaksiat sedangkan jika dia dalam kecukupan maka dia banyak beramal kebajikan.
“Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS. Al Baqarah : 233)
Maka, jika kita ingin mendapat Titipan Harta Amanah lebih banyak lagi dari Allah, marilah kita tingkatkan kemampuan kita dalam Mengelola Perusahaan yang kita pimpin sesuatu Petunjuk-Nya. "...Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. al-Baqarah : 38).
Karena itulah, dalam risalah ini, saya bukan hendak berbicara soal misteri rezeki . Karena misteri ini jelas berkabut, dan bukan hak manusia untuk menyingkapnya. Tapi saya ingin menegaskan bahwa manusia dilahirkan untuk berjuang dengan nasib dan takdir. Takdir dan nasib mengalir bukan dengan kehendak kita, tapi kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Karena itulah kita harus berserah diri pada-Nya.

Kita tak pernah dituntut dengan hasil bukan? Selama hasil itu adalah soal rezeki, kita bukan pekerja harian yang harus memberikan setoran setiap hari atau setiap bulannya. Allah hanya memberikan kewajiban kita berikhtiar, lalu dengan kemurahan-Nya, Allah menentukan rezeki bagi masing-masing kita.
Maka, ada banyak hal-hal penting yang perlu diulas, soal usaha dan ikhtiar kita itu. Karena kita sering bersinggungan dengan tembok-tembok realitas yang menghadang di depan, yang membuat proses ‘penjemputan’ rezeki itu kerapkali membingungkan. Terutama bagi pebisnis muslim atau pengusaha muslimah yang saat ini sedang mengalami kesulitan atau bahkan terjerat utang riba.
Sebagian di antara mereka mengklaim telah melakukan berbagai cara, mencoba berbagai tips, dan mengikuti banyak saran dan nasehat, namun semuanya belum memberi hasil positif. Kenyataannya, kondisi keuangan mereka masih tetap belum layak, sementara antrian
Masalah makin panjang.
Untuk itu saya mengajak para pembaca untuk Menghayati, Mengkaji dan Mengamalkan Penjelasan Allah dalam Firman-Nya berikut ini:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al ‘Ashr : 1-3).
Dalam surat ini Allah ta’ala menjelaskan bahwa seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini bisa bersifat mutlak, artinya seorang merugi di dunia dan di akhirat, tidak mendapatkan kenikmatan dan berhak untuk dimasukkan ke dalam neraka. Bisa jadi ia hanya mengalami kerugian dari satu sisi saja. Oleh karena itu, dalam surat ini Allah mengeneralisir bahwa kerugian pasti akan dialami oleh manusia kecuali mereka yang memiliki lima kriteria dalam surat tersebut, yaitu:
1. Manajemen Waktu,
2. Kekuatan Iman,
3. Amal Shaleh,
4. Menyampaikan Kebenaran,
5. Sabar.
Jadi, saya pikir orang-orang yang Tidak Percaya dengan konsep anti rugi itu hanyalah mereka yang belum pernah membaca Surat Al-'Ashr tersebut di atas. Mungkin sudah membaca tapi belum Menghayati. Mungkin sudah Menghayati tapi belum Mengamalkan. Sehingga mereka pun selalu merugi dalam bisnis kareana tidak mengikuti Petunjuk Allah. (az).
Komentar
Posting Komentar