BABALIAK BA SURAU. “JAN SAMPAI HIDUIK AWAK DIGANTANGI DEK URANG NAN BAKUASO πŸ™



Jakarta, SKJENIUS.COM .- Sebuah Kalimat Penuh Hikmah yang sering disampaikan Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Inyiak Cubadak saat Beliau menyampaikan Kajian Tasawuf Transformatif adalah ,”Jan Sampai Hiduik Awak ko Digantangi dek Urang nan Bakuaso‼️


Kalimat Bijak tersebut merupakan Kearifan Lokal (local wisdom) masyarakat Minangkabau yang artinya, “Jangan Sampai Terjadi Kehidupan kita Ditakar Orang yang Punya Kekuasaan.”  Maksudnya, sebagai Hamba Allah, Cukup Allah sebagai Rabb kita, karena itu janganlah kita mau dijajah atau diperbudak oleh sesama Manusia.

Menurut Syaikh Inyiak Cubadak, yang juga adalah seorang Penghulu Adat dengan Gelar Datuk Indo Maradjo itu, Orang Minang dalam menjalankan  kehidupannya  senantiasa  menempatkan  harkat  dan  martabat manusia  menjadi sesuatu  yang berarti dan  amat  penting.  “Landasan  harkat dan martabat bertopang kepada kekuatan budi,serasa, sehina-semalu,  dan toleran.  Hal ini terkristal dalam keberadaan posisi individu dan  hubungannya  dengan masyarakat,” kata Beliau.

Syaikh Inyiak Cubadak memaparkan, Adat Minangkabau menempatkan  antara individu  dengan masyarakat adalah sama dengan fungsi yang berbeda. Kata petuah Minangkabau menyebutkan; ‘duduak samo randah, tagak samo tinggi’, antara satu individu dengan individu lainnya kedudukan mereka sama. “Dalam kesamaan itu  mereka melihat  terjadi perbedaan-perbedaan satu sama lain, dan perbedaan yang  ada dilihat dan  ditempatkan secara fungsional dan tidak membawa pada penilaian berbeda. Sehingga tidak boleh ada kehidupan seseorang digantangi orang lain,” kata Inyiak Cubadak. 

Jadi, dalam konteks masa kini, Kearifan Lokal Minangkabau yang disampaikan Inyiak Cubadak itu dapat dimaknai sebagai berikut, “Jangan Sampai Bangsa kita berada dalam Cengkeraman Kapitalis Amerika yang Sekuler ataupun Terperangkap Jeratan Sosialis Cina Komunis!” πŸ€­

Pasalnya, sekalipun belum banyak yang menyadari, namun Diakui atau Tidak, saat ini tidak ada yang bisa membantah kedigdayaan rezim kapitalisme mendominasi peradaban dunia global. Demikian juga Rezim Sosialis Cina Komunis pun sedang berusaha memperngkap berbagai negara berkembang dengan utang dan berbagai proyek bersyarat sesuai keinginan mereka. 

Karena itu, meski pun pesatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir patut dibanggakan, namun ternyata ada juga pihak yang mengkhawatirkan efek samping dari hal tersebut. Hal itu tidak lain adalah karena pembangunan ini tidak lepas dari bantuan dan campur tangan asing, seperti pemerintah China. China diketahui memiliki proyek OBOR (One Belt One Road) atau yang kini telah direvisi menjadi proyek Belt Road Initiative (BRI).

Sementara itu, hampir dalam setiap sektor kehidupan, logika dan budaya kapitalisme hadir menggerakkan aktivitas. Kritik-kritik yang ditujukan terhadap kapitalisme justru bermuara kepada terkooptasinya kritik-kritik tersebut untuk lebih mengukuhkan kapitalisme.

Maka, muncul pertanyaan yang perlu kita temukan solusinya bersama, ke arah mana peradaban manusia akan dibawa oleh kapitalisme. Apakah gerangan yang menyebabkan ideologi ini tetap bertahan, dan bahkan, kian mendominasi dunia? Apakah hegemoni kapitalisme ini merupakan akhir sejarah umat manusia atau sebagai satu-satunya alternatif yang mesti diterima sebagaimana yang diperkirakan oleh Francis Fukuyama dalam The End of History? Masih berpeluangkah proyek emansipasi manusia dari dominasi kapital dan fetisisme komditas?

Saudaraku ❤️ Untuk menjawab serentetan pertanyaan di atas, mari kita simak dan hayati  Firman Allah berikut ini : 

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kita-kitab dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-peminta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menempati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. al Baqarah : 177).

Semenjak Allah memerintahkan orang-orang Islam untuk memindahkan arah kiblat dari Baitulmakdis ke Ka’bah di Makkah, maka sejak itulah kaum Muslim mempunyai Kiblat yang bukan menghadap ke Barat ataupun ke Timur. 

Jadi, dalam konteks Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya Firman Allah dalam Surat Albaqarah ayat 177 di atas, dengan tegas Mengingatkan kita bahwa kita tidak akan mendapat Kebajikan, Kebahagiaan dan Kesejahteraan jika mengikuti pola Barat (Amerika Kapitalis Sekuler) ataupun pola Timur (Cina Sosialis Komunis).

Maka, jika kita ingin selamat, kita harus "Babaliak ba Surau". Kembali ke Jati Diri Orang Minangkabau yang Berbudi Luhur, Berpikir Kolektif, Hidup Bermusyawarah dan Gotong Royong. Ringan Sama Dijinjing, Berat Sama Dipikul, ke Bukit Sama Mendaki ke Lembah sama Menurun. Masyarakat yang mempunyai falsafah Hidup : “Adat  Bersendi Syara’ Syara’ Bersendi Kitabullah.” 

Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang digariskan oleh Allah dalam Kitabullah. Yang dimaksud dengan meniti jalan Allah adalah menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas dan benar. Sebagaimana dijelaskan dalam Ayat 153 surah al-An’am : “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”.

Jadisudah dapat dipastikan bahwa orang yang meninggalkan jalan yang digariskan oleh Allah akan, tidak tenang dan tidak bahagia. Karena ia akan mencari jalan dan sumber kebahagiaan pada jalan yang dibuat dan digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Dien yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Ruum: 30).

Seoang ulama pakar tafsir, Imam Ibnu Katsir, menjelaskan ayat ini: “Maksudnya adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti engkau masih berada pada fitrahmu yang salimah (lurus dan benar.” (az).





Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKNIK ZIKIR PASRAH DIRI (TAWAKAL) UNTUK PENYEMBUHAN DIRI SENDIRI πŸ™

7 LANGKAH MENJEMPUT HIDAYAH AGAR SELAMAT DARI DAMPAK PANDEMI CORONA

THERAPY ala Nabi SAW di RUMAH SEHAT AL-HIKMAH : Gratis KONSULTASI Spiritual πŸ™