REKONSTRUKSI JIWA, MENINGKATKAN KUALITAS DIRI CEGAH SARJANA NGANGGUR !!!
Jakarta, JENIUSLINE.- Selama masih berjibaku untuk memperjuangkan nilai di atas kertas, tanpa memperjuangkan kemampuan dan kualitas diri secara nyata (salah asumsi terhadap fungsi nilai). Selama itu pulalah angka pengangguran akan semakin panjang.
Demikian ditegaskan Direktur Utama PT. Servindo Gardatama, Masrul Chaniago, S.Sos dalam Perbincangan Tentang “Bonus Demografi atau Bencana Demografi 2030” bersama Ketua Dewan Syura Majelis Dakwah Al-Hikmah, Kyai Ageng Khalifatullah Malikaz Zaman dalam rangkaian acara Family Gathering dan Tadabbur Alam Samudera Group di Putri Duyung Resort, Pantai Ancol, Jakarta Utara. “Fakta inilah yang menjadi benang merah tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana,” imbuhnya.
Menurut Dirut PT. Servindo Gardatama yang bergerak dalam bidang usaha Manpower, Security & Safety Equipment Supply tersebut, Pengangguran jika tidak dapat diberikan solusinya sesegera mungkin akan menyebabkan Bonus Demografi menjadi Bencana Besar Nasional. "Hal itu tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Solusi pengangguran adalah tanggung jawab moral kita bersama." kata Masrul.
Masrul Chaniago yang juga adalah Ketua Umum Anti Pengangguran Nusantara (GANTARA) itu memaparkan bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penganggur naik 50 ribu orang per Agustus 2019. Alhasil dengan kenaikan tersebut, jumlah pengangguran meningkat dari 7 juta orang pada Agustus 2018 lalu menjadi 7,05 juta orang.
“Bahkan Kepala BPS Suhariyanto memaparkan rata-rata jumlah pengangguran sejak Agustus 2015 tak pernah turun di bawah 7 juta orang. Rinciannya, pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, Agustus 2016 sebanyak 7,03 juta orang, dan Agustus 2017 sebanyak 7,04 juta orang,” ujar Masrul.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Ketum GANTARA Masrul Chaniago, S.Sos mengingatkan pemerintah agar mau menjalin kerjasama dan memfasilitasi pihak-pihak tertentu atau Perusahaan yang bergerak dalam upaya membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat. Seiring dengan itu, pemerintah juga perlu memberikan pelatihan tenaga kerja bagi calon pekerja maupun pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Tentunya pelatihan itu harus mampu melakukan proses Rekonstruksi Jiwa dan meningkatkan Kualitas Diri manusia Indonesia. Sehingga hal inilah yang akan menarik perhatian para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia," tuturnya.
Lebih lanjut, Masrul mengingatkan bahwa berdasarkan infromasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi warga Indonesia pada tahun 2018 mencapai 265 juta jiwa dengan proporsi jumlah penduduk usia produktif lebih banyak 68 persen dari total populasi seluruhnya. Dari presentase tersebut jumlah generasi milenial (usia 20-35 tahun) mencapai 25 persen. Diperkirakan bonus demografi ini akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada rentang tahun 2020 hingga 2030.
“Tingginya tingkat penduduk usia produktif atau bonus demografi sendiri ibarat pisau bermata dua. Disisi lain bisa membawa dampak positif, jika diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai atau sebaliknya akan membawa dampak negatif lebih dominan atau yang disebut bencana demografi,” tandasnya.
Dijelaskan oleh Ketum GANTARA itu, ketidakmampuan bersaing akan menyebabkan SDM hanya menjadi konsumen atau penonton bukan pelaku digital bahkan dampak ekstrimnya dapat memunculkan ledakan pengangguran yang menjadi akar dari masalah lain seperti meningkatnya kriminalitas. “Akankah bonus demografi mampu dimanfaatkan? Atau sebaliknya bakal menjadi bencana demografi? Semoga Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf dapat memberikan Solusi terbaik untuk masalah ini,” pungkas Masrul Chaniago, S.Sos. (az).
Komentar
Posting Komentar