FILOSOFI MINANGKABAU UNTUK INDONESIA : “PARESO DIBAOK TURUN RASO DIBAOK NAIAK”๐Ÿ‘❤️๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ™






Jakarta, jeniusline.blogspot.com - Satu hal yang paling saya SYUKURI adalah lahir dan dibesarkan dalam Lingkungan Adat dan Budaya Minangkabau di dalam bimbingan Guru Mursyid yang sekaligus adalah Pemangku dan Pembaharu Adat dan Budaya, Allahyarham Syaikh Rifa’i Datuk Indo Marajo. Saya Bersyukur karena Beliau yang dikenal juga dengan sebutan Syaikh Inyiak Cubadak itu telah mengajarkan bagaimana CARA BERFIKIR SUPRA RASIONAL yang menjadi Ciri Khas Orang Minangkabau dalam memfungsikan nalar kritisnya guna menghindari stagnasi pemikiran, terutama dalam mencari SOLUSI atas berbagai PROBLEMATIKA kehidupan dan menjawab tantangan zaman.


Menurut Syaikh Inyiak Cubadak, “PARESO DIBAOK TURUN RASO DIBAOK NAIAK,” adalah  Falsafah Adat atau Flsafat yang Menjadi Dasar Cara Berpikir (PARADIGMA) Orang Minang yang SUPRA RASIONAL. Oleh karena itu, bagi orang Minangkabau, FILSAFAT sesungguhnya bukanlah sekedar sejarah pemikiran, cabang-cabang, aliran-aliran samata namun yang lebih subsantial adalah filsafat menanamkan kebiasaan dan melatih akal pikiran untuk bersikap kritis analitis dengan memadukan “Raso jo Pareso”, menyelaraskan Rasa dan Rasio.


Mengapa dikatakan Supra Rasional⁉️๐Ÿคญ Ya.. Hal Inilah yang menjadikan orang Minang tampil sebagai Pemikir Ulung di masa lampau. Pasalnya, Cara Berpikir yang didasari Raso jo Pareso itu kemudian DISEMPURNAKAN oleh FIKRAH ILAHIYAH (Cara Berpikir Ilahiyah) yang dikembangkan oleh Guru Mursyid kita, Allahyarham Syaikh Burhanuddin Ulakan yang kemudian dilanjutkan oleh para Khalifah pelanjut Silsilah Thariqat Syatariyah di Alam Minangkabau. Fikrah Ilahiyah itu berdasar Firman Allah dalam Surat ‘Ali Imran ayat 190-191 :


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ULIL ALBAB (orang-orang yang berakal cerdas),  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191).


Dalam Surat Ali Imran ayat 190-191 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab. ULUL ALBAB oleh Syaikh Inyiak Cubadak  diterjemahkan sebagai orang-orang BERAKAL CERDAS memiliki dua ciri utama yakni dzikir (RASA) dan pikir (RASIO). “Melalui Surat Ali Imran ayat 190, Allah mengarahkan hamba-Nya untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Dia mengarahkan agar hamba-Nya mempergunakan pikirannya dan memperhatikan pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan tanda-tanda kebesaran Allah,” kata Syaikh Inyiak Cubadak menjelaskan.


Orang yang mampu memahami bahwa penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka itulah ulul albab. ”Mereka adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi memiliki kecerdasan. Mereka Itulah Orang yang Pandai Menjadikan ALAM TAKAMBANG JADI GURU,” pungkas Syaikh Inyiak Cubadak.


Maka, Filsafat Minangkabau sebagai metodologi berfikir yang memadukan Raso jo Pareso inilah yang diperlukan melakukan dialog yang terus menerus dengan realitas yang selalu berubah. Inilah hakekat Falsafah “Alam Takambang Jadi Guru”. Yakni menjadikan alam sebagai sumber Inspirasi dan Obyek Penelitian, sehinga Mampu membaca gejala alam sebagai Bahasa Isyarat atau SINYAL dari Allah dalam mengingatkan dan mendidik Manusia.


Jadi,kita perlu Belajar dari sejarah perjalanan pemikiran Minangkabau yang mengandalkan pola pikir yang HOLISTIK dan SUPRA RASIONAL, sehingga mampu mekar selama beberapa abad. Maka, sesungguhnya Pancasila dan UUD 45 itu diwarnai oleh Cara Berpikir orang Minang yang tidak semata mengandalkan rasionalitasnya, namun juga MENYINERGIKAN Dengan ISYARAT batin. Memadukan AKAL dan INTUISI. Dengan cara berfikir supra rasional, Insya Allah kita semua dapat menyelesaikan masalah dengan baik.


Namun sayangnya faktor historis politik dan Geo Politik telah menyebabkan kemerosotan dan KRISIS BERPIKIR. Penyebab terjadinya krisis tersebut, disebabkan HEGEMONY Pola Pikir BARAT yang datang menerjang bersama Arus Globalisasi. Barat datang menjajah Alam Pikiran Orang Nusantara dengan landasan berpikir yang mengagungkan rasionalistas sebagai landasan sains empirikal, yang berupa individualisme, sekulerisme, naturalisme dan positivisme.


Yang disebut terakhir ini berupa penyempitan diri untuk hanya melihat ke satu arah saja. Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Sehingga Ilmu yang dikembangkan berlandaskan rasionalisme positivisme menjurus ke arah yang dangkal dan salah. Pengetahuan empirikal yang sudah ada tidak bisa dijadikan landasan untuk mendeduksi ke arah pengetahuan yang belum ada.


Hal inilah yang mendorong berkembangnya sifat-sifat dan kemajuan ilmu sekuler yang terlepas dari bimbingan Illahi. Bahwa premis sains empiris Barat berada dalam jalur yang salah jika kita memahami premis yang bersumber dari Nash Al-Qur’an. Tidak adanya KESADARAN inilah, yang membuat terjadinya krisis ilmiah. Demikian juga dengan perjalanan pemikiran di dunia Islam yang disinyalir adanya kelesuan berfikir dan kemandekan dalam beberapa abad disebabkan khazanah intelektual Islam yang selalu menyerang dan memojokkan THARIQAT. Sehinga tanpa disadari, sebagian Umat Islam telah kehilangan JANGKAR SPIRITUAL mereka.


Dengan demikian dapat kita memahami dan MENYADARI bahwa FILSAFAT MINANGKABAU ternyata merupakan bagian penting dari kemajuan sebuah bangsa, sehingga ada yang menyebut salah satu pertanda runtuhnya peradaban adalah meredupnya pengetahuan filsafat Minangkabau di tengah masyarakat. Untuk itu, marilah kita kembangkan kembali CARA BERPIKIR MINANGKABAU Ini Untuk Kemajuan Indonesia. Filsafat  Minangkabau dengan metode berfikirnya yang holistik harus senantiasa mendorong dan mengembangkan pemahaman yang lebih kreatif dan akomodatif berhadapan dengan perkembangan kehidupan global saat ini.


Semoga Filsafat Minangkabau dengan refleksi kritisnya mampu berkontribusi untuk menjaga dan memelihara kebudayaan Minangakabau berjalan dinamis. Syaikh Inyiak Cubadak menekankan dalam setiap Kuliah yang beliau sampaikan tentang Hubungan Filsafat Minangkabau, Ilmu Pengetahuan (Sains Modern) dan THARIQAT yang merupakan “tri tunggal” yang keberadaan dan perkembangannya akan selalu saling mempengaruhi.


Pada saat inilah, pengembangan analisa filosofis budaya Minangkabau ini menjadi penting dimasyarakatkan. Dalam hal ini Dewan Kemakmuran Surau Suluak Inyiak Cubadak berupaya memberikan sumbangan yang positif, seperti yang dijelaskan dalam berbagai Kajian Filsafat Minangkabau yang membahas kebenaran, pemaknaan dan kedalaman budaya Minangkabau yang perlu dibumikan, sehingga tidak sekedar menjadi wacana, bahan retorika, nostalgia masa lampau, serta kehilangan hubung-kaitnya dengan masa kini dan masa depan. (az).



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT. CITRA SAMUDERA RAYA MEMASUKI TAHUN EMAS 2020๐Ÿ‘❤๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ™

KHASIAT KUNGKUM (MANDI & BERENDAM) DI LAUT BISA BUKA AURA

YUK...KITA REKREASI SPIRITUAL DI PUTRI DUYUNG COTTAGE ANCOL ❤️