DAKWAH, POLITIK DAN SPIRITUAL SEBAGAI PILAR KEBANGKITAN ISLAM NUSANTARA 👍❤️🇮🇩🤝
Jakarta, JENIUSNET.- Kerisauan kita selama 5 tahun belakangan ini adalah terjadinya KERANCUAN dalam berfikir di tengah Umat tentang dakwah dan politik. Dakwah dan politik, seakan dua kata yang kontra bagi mereka. Hal itu karena politik dipahami sebagai aktifitas dunia, sedang dakwah dipahami sebagai aktifitas akhirat. Yang pada gilirannya dipahami bahwa dakwah tak pantas memasuki wilayah politik, dan politik haram memasuki wilayah dakwah. Dakwah adalah pekerjaan para ustadz, dan politik pakerjaan para politisi?
Sementara itu, di kalangan Elite Politik, Ulama dan para Da’i pun terjadi kerancuan dalam hal Berdakwah melalui Politik” atau “Berpolitik melalui Dakwah”? Kedua pernyataan di atas sekilas nampak mirip, tapi jika kita perhatikan dan kita renungkan secara mendalam ada perbedaan pengertian yang sangat mendasar. Mungkin, salah persepsi dalam memahami kedua pernyataan diatas yang menyebabkan terjadinya POLITISASI Agama.?
“Berdakwah melalui politik”. Unsur utama dan terpenting dalam pernyataan ini adalah “BERDAKWAH”. Dakwah pastilah dilakukan dalam koridor idealisme, dalam hal ini agama, dan tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan disekitarnya. Tujuannya adalah KEMASLAHAN UMAT.
Sedangkan “Berpolitik melalui dakwah”, menunjukkan pernyataan ini unsur terpentingnya adalah “BERPOLITIK”. Di sini aspek politik lebih diutamakan dibanding aspek dakwah. Atribut dakwah digunakan agar menjadi lebih menarik dan lebih dipercaya oleh masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh materi, kekuasaan, atau sesuatu yang bersifat duniawi lainnya. Jadi, KEKUASAAN menjadi TUJUAN utamanya.
Maka, jika kita CERMATI secara mendalam, dapatlah kita simpulkan bahwa Gonjang-ganjing politik yang terjadi saat ini pada dasarnya adalah KERANCUAN BERPIKIR tentang hubungan Dakwah dan Politik di tengah masyarakat. Saat ini kita lihat banyak partai ataupun gerakan politik yang menggunakan atribut dakwah dalam aktivitasnya. Namun perlu kita pertanyakan, “Adakah partai yang benar-benar berdakwah melalui jalur politik? Atau sebaliknya, justru mereka menyalahgunakan Mimbar Dakwah untuk ORASI Politik.?
Semua hal diatas bisa dihindari, jika DAKWAH dan POLITIK dihubungkan kembali dengan SPIRITUALITAS. Semua Kegiatan Dakwah tidak akan menemui sasarannya dengan maksimal, jika tidak ada unsur spiritual di dalamnya. Pasalnya, Dakwah tanpa spiritualitas bukanlah dakwah, hanyalah penyampaian simbol-simbol tanpa makna. Dan, karena itu, ia tidak melahirkan dampak apa-apa.
Demikian juga halnya semua upaya politik, seperti pembuatan kebijakan dan pendidikan politik masyarakat, akan percuma, jika tidak ada spiritualitas di dalamnya. Ini seperti membangun gedung tinggi dengan fondasi yang amat lemah. Ia akan runtuh, ketika goncangan terjadi.
Namun, apa itu spiritualitas? SPIRITUALITAS adalah sebuah sudut pandang yang melahirkan cara hidup tertentu, dimana kebutuhan tubuh dilihat hanya sebagai satu bagian dari keseluruhan hidup itu sendiri. Pendek kata, hidup itu lebih luas dari sekedar makan, pergi jalan-jalan, tampil religius di depan umum, membeli pakaian bagus, rumah bagus dan kendaraan mewah. Jika ini tak dipahami, orang akan terjebak pada hidup yang sia-sia dan penuh derita.
Spiritualitas juga menyibak fakta dengan JATI DIRI asali manusia. Tubuh akan tumbuh, sakit, menua dan kemudian mati. Namun, ada sesuatu yang abadi di dalam diri manusia. Ia tak pernah diciptakan, dan tak akan pernah hancur. Sesuatu itu adalah energi semesta, atau energi kehidupan, yang melahirkan segala sesuatu. Dalam arti ini, manusia adalah satu dan sama dengan seluruh alam semesta.
Dakwah, Politik dan Spiritual agaknya merupakan tema yang menarik untuk kita kaji bersama dalam bulan Ramadhan Ini. Para politisi, pendakwah dan kita semua Umat Islam perlu memahami bahwa kandungan Islam yang bukan saja AGAMA semata, melainkan juga ajaran POLITIK yang AGUNG. Politik adalah aktivitas akal dan hati. Dengan akal, dapat membuktikan kebenaran Islam. Setelah terbukti, hati akan meyakini, setelah itu akan mendorong setiap muslim untuk memahami dan meyakininya untuk BERGERAK.
Dari proses ini, lahirlah gerakan KEBANGKITAN ISLAM NUSANTARA yang dilandasi dengan kesabaran, keyakinan dan KESUNGGUHAN. Gerakan yang tidak dapat dibunuh oleh siapapun. Orang-orangnya mempelajari Islam bukan untuk menjadi AHLI KITAB yang dapat berjalan. Tetapi merupakan sosok Islam yang hidup. Selalu bergerak mendakwahkan Islam, dialah pengemban dakwah. Gerakan Kebangkitan Islam Nusantara memang dihadirkan untuk membina masa depan ummat yang telah menyadari kewajiban berpolitik dan mengembangkan politik Islam. (az).
Komentar
Posting Komentar