MENAMBATKAN KEMBALI BISNIS DAN POLITIK PADA JANGKAR MORALITAS SPIRITUAL


Jakarta, SKJENIUS.COM.-Partai politik, harus mampu menjadi tempat persemaian intelektual organik yang mengorganisasikan dan mengartikulasikan amanat rakyat, berhenti sebagai pusat percaloan kekuasaan. Civil society, yang mestinya menjadi pusat pembibitan para penjaga keadaban (societas civilis), berhenti sebagai arena perpanjangan dan perebutan proyek.

Demikian disampaikan Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu, KGPH Eko Gunarto Putro kepada wartawan di kantornya, Pejaten Office Park, Jakarta Selatan. "Demikian juga komunitas dan para pemimpin keagamaan, yang mestinya menjadi tumpuan terakhir dalam mengawal misi-misi profetik, berhentilah berlomba menghancurkan diri sendiri lewat politisasi dan komersialisasi agama," imbuh Kangjeng Eko.

Menurut Kangjeng Eko, setelah semua itu dilakukan selanjutnya adalah menghidupkan kembali jiwa politik. Menambatkan kembali politik pada jangkar moralitas - spiritual. "Hal tersebut sangat penting untuk mentransformasikan kehidupan politik kita yang bermartabat. Sebagaimana diamanahkan Mbah Moen dan Habib Luthfi kepada saya," katanya.

Kangjeng Eko membeberkan dalam pertemuan terakhir dengan Allahyarham KH. Maimoen Zoebair yang akrab dipanggil Mbah Moen itu, ada ekspektasi ke depan, bahwa semua level masyarakat (politik, ekonomi, budaya, intelektual) harus mempu menjunjung spiritualitas politik yang bermoral, karena akhir-akhir ini nilai tersebut kian redup, ditelan ambisi pribadi dan kelompok untuk mencapai kekuasaan.

"Harapan ini juga ditujukan kepada para pelaku politik dan bisnis di mana pun, hendaknya berpolitik dan berbisnis dengan cara yang elegan, beretika dan beradab. Untuk Indonesia Kita," papar Kangjeng Eko.

Menurut Kangjeng Eko, jika politik dan bisnis itu didasari niat yang suci, maka setiap apa yang kita lakukan itu mengandung ibadah karena mendatangkan manfaat bagi orang lain. "Namun sayangnya, saat ini, seakan-akan politik, bisnis dan spiritualitas dipertentangkan satu sama lain," tandasnya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Insya Allah Karena itulah, Partai Nusantara Bersatu Bersatu didirikan berbasiskan Spiritualitas, Religius dan Nasionalis, sesuai amanah Mbah Moen. "Pasalnya selama ini dalam berpolitik dan berbisnis, banyak pihak menganggap spiritualitas adalah tidak penting untuk dipegang erat.  Dalam logika politik kekuasaan, spiritualitas justru dianggap sebagai penghambat, karena akan membatasi ruang gerak untuk bertindak sesuai kehendak sendiri. Logika pemerintahan yang seperti inilah, yang menyebabkan bangsa kita kian terpuruk," ujarnya.

Kangjeng Eko mengingatkan, Politik berarti mengurus kesejahteraan umum. Mereka yang berpolitik mesti memilki kekuatan spiritual sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam membaktikan diri demi kesejahteraan umum. "Maka, Egoisme yang berarti mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok haram hukumnya menjadi inspirasi dan motivasi berpolitik," tegasnya.

Politisi itu, kata Kanjeng Eko adalah manusia yang selesai dengan dirinya (secara sosial­ekonomi dan sosial­religius). Mereka adalah pengabdi kemanusiaan dan berbakti untuk kesejahteraan umum. Politisi membutuhkan kekuatan komitmen untuk mengabdi, dan hal tersebut bersumber pada prinsip­prinsip etika, moral, dan agama. "Oleh karena itu, spiritualitas merupakan prasyarat mutlak dalam politik dan binis. Tanpa spiritualitas politik dan bisnis ibarat badan tanpa jiwa," tandasnya .

Karena itulah, kata Ketua Dewan Perancang Partai Nusantara Bersatu itu, setiap politisi perlu mengetahui dan menyadari peran penting spritual dalam bisnis dan politik yaitu, daya kreasi. "Manusia adalah makhluk spiritual yang berdimensi fisik (QS. 15:29). Aspek spiritual membuat manusia mampu memahami pesan Ilahiyah, dan fisik mewujudkannya dalam tataran materi," paparnya.

Spiritual yang menyimpan gelora idealisme, kata Kanjeng Eko, maka ia akan memberi kekuatan untuk mengadakan dan menciptakan semua sarana dan materi untuk mewujudkan idealismenya. "Inilah kemudian yang mendorong pribadi shahabat untuk menjadi pebisnis kreatif dan produktif. Tak heran jika Khalid bin Walid merupakan penglima besar, tapi juga pebisnis," Kangjeng Eko menjelaskan.

Daya cipta material inilah, kata Kanjeng Eko, yang menjelaskan mengapa orang seperti Abu Bakar dan Ustman bin Affan berani menginfakkan seluruh hartanya, sebab mereka percaya pada daya cipta material mereka. "Inilah satu diantara aspek yang menjelaskan mengapa generasi shahabat tidak hanya mampu memenangkan berbagai pertempuran, tapi juga mampu menciptakan kemakmuran setelah mereka berkuasa," pungkas Kangjeng Eko. (az).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEKNIK ZIKIR PASRAH DIRI (TAWAKAL) UNTUK PENYEMBUHAN DIRI SENDIRI 🙏

7 LANGKAH MENJEMPUT HIDAYAH AGAR SELAMAT DARI DAMPAK PANDEMI CORONA

THERAPY ala Nabi SAW di RUMAH SEHAT AL-HIKMAH : Gratis KONSULTASI Spiritual 🙏